Rabu, 19 Juni 2013

KESEHATAN REPRODUKSI

     Kesehatan Reproduksi

Kesehatan reproduksi adalah kesehatan yang sempurna baik fisik, mental, sosial dan lingkungan serta bukan semata-mata terbebas dari penyakit/kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. Menjaga segala sesuatu yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya diperlukan sehingga akan tercipta suatu perilaku seksual yang sehat (Endarto, 2006).

Menjaga kesehatan organ reproduksi berguna untuk menghindari masalah yang mengganggu kesehatan organ reproduksi. Bila tidak dijaga dan dirawat dengan baik, organ reproduksi wanita mulai dari vagina hingga rahim sangat rentan terkena gangguan kesehatan, seperti infeksi jamur, virus, atau bakteri yang dapat menyebabkan radang panggul dan memicu timbulnya kista serta beresiko terkena kanker. Bagi pria juga sangat penting untuk menjaga kesehatan organ reproduksi agar terhindar dari penyakit infeksi  (Nuraini, 2012).

1.      Berbagai Macam Penyakit yang Menyerang Organ Reproduksi

Berbagai macam penyakit yang menyerang organ reproduksi disebabkan oleh :

Sifilis
Penyakit sifilis disebabkan karena infeksi dari bakteri Treponema pallidum. Walaupun penyebaran bakteri ini tidak seluas penyakit kelamin lainnya, kerusakan organ yang disebabkan oleh infeksi ini sangat berat dan dapat mempengaruhi seluruh organ tubuh.

Penyakit sifilis dibedakan menjadi dua yaitu sifilis akuisata dan sifilis kongenital. Sifilis akuisata didapat dari penularan melalui hubungan seksual, sedangkan sifilis kongenital berasal dari ibu yang mengidap penyakit sifilis kepada bayi yang dilahirkannya melalui transplasenta.

Gejala awal dari sifilis adalah adanya bisul kecil keras pada lokasi infeksi, biasanya pada ujung batang pelir pria atau pada leher rahim wanita. Bisul ini tidak gatal ataupun sakit. Bakteri Treponema pallidum dapat menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah. Gejala lainnya adalah ruam, radang tenggorokan, pembengkakan kelenjar getah bening, demam, lesu, pusing, dan kadang kala disertai dengan sebagian rambut rontok. Luka-luka yang terbentuk ini penuh dengan bakteri Treponema.

Belum ada vaksin yang dikembangkan untuk penyakit sifilis sehingga upaya pencegahan sangat penting. Upaya perorangan dapat dilakukan dengan menggunakan kondom dan tidak berganti pasangan seksual. Untuk masyarakat, cara pencagahan utama adalah melakukan pengendalian dengan pemeriksaan rutin dan pengobatan penderita. Sifilis kongenital dapat dicegah dengan perawatan pralahir ( Mandal, 2008 ).

Infeksi Saluran Kencing
Penyakit infeksi saluran kencing atau sering disingkat menjadi ISK merupakan infeksi oleh bakteri yang terjadi pada daerah saluran kemih. Urine sendiri terdiri dari cairan, garam dan produk buangan namun tidak mengandung bakteri. Bakteri yang bisa menyebabkan Infeksi Saluran Kencing adalah Escherichia coli, Staphylococcus epidermidis, dan Proteus sp

Gejala dan tanda infeksi saluran kemih diantaranya adalah penderita merasakan sakit pada saat atau setelah buang air kecil, anyang-anyangan atau perasaan tidak enak pada kandung kemih atau perasaan ingin buang air kecil tanpa ada air seni yang keluar atau dengan jumlah yang sedikit, air seni berwarna pekat atau seperti air teh atau kemerahan, nyeri pinggang dan rasa nyeri bagian pinggang disertai mual jika infeksi sudah mencapai ginjal.
Kencing Nanah

Kencing nanah adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoae. Merupakan bakteri coccus gram negatif. Secara mikoroskopis nampak tersusun berpasangan dan tidak berkapsul. Infeksi Neisseria gonorrhoae pada pria menyebabkan uretritis atau epididimitis, sedangkan pada perempuan dapan menyebabkan endoservitis atau PRP yang sering tidak terdeteksi. Penularan infeksi Neisseria gonorrhoae terjadi melalui kontak seksual atau melalui jalan lahir (Jawets dkk, 2008)

Infeksi Neisseria gonorrhoae sering kali tidak menimbulkan gejala kecuali jika infeksi sudah memasuki tahap lanjut. Gejala yang mungkin timbul antara lain pada pria, akan keluar nanah dari dari saluran kencing dan rasanya sangat panas seperti terbakar, ujung buah zakar berwarna merah dan membengkak dan merasakan sakit yang luar biasa saat buang air kecil. Pada wanita, infeksi dapat terjadi pada saluran kencing, vagina ataupun serviks. Wanita juga bisa merasakan nyeri perut yang sangat hebat, bertambahnya cairan yang keluar dari vagina, air kencing berwarna kuning kehijauan (Hawley, 2003).

Infeksi Neisseria gonorrhoae apabila tidak segera diobati akan menimbulkan infeksi yang menyebar lebih luas. Didapatkan 20% wanita mengalami Infertilitas karena infeksi peyakit ini. Penularan penyakit ini dapat dicegah dengan menghindari gaya hidup seks bebas dan selalu setia kepada pasangan (Hawley, 2003).

Ftiriasis (Pedikulosis pubis)
Ftiriasis (pedikulosis pubis) adalah gangguan pada daerah pubis yang disebabkan oleh infestasi tuma atau kutu Phthirus pubis.

Selain ditemukan pada rambut kemaluan dapat juga ditemukan pada rambut ketiak, jenggot, kumis, alis dan bulu mata. Tuma ini memasukkan bagian mulutnya bagian mulutnya kedalam kulit untuk jangka waktu beberapa lama sambil menghisap darah. P. pubis betina dapat bertelur sampai 50 butir. Telur ini dapat bertehan hidup selama berbulan-bulan. Metamorfosisnya tidak sempurna yang berlangsung dalam waktu kira-kira 3-4 minggu.

Gejala klinik yang ditimbulkan oleh parasit menyebabkan rasa gatal pada tempat tusukan di kulit. Kadang-kadang kulit di sekitar tusukan tampak pucat. Perasaan gatal juga ditimbulkan oleh perpindahan tuma, terutama di daerah pubis. Gatal dan bekas garukan serta lecet yang ditimbulkan tuma sering diikuti oleh infeksi sekunder. Ini terdapat pada orang yang jarang mandi dan kurang bersih. Penularan dapat secara kontak dari penderita ke penderita melalui pakaian. Bila telur diletakkan pada bulu mata dapat mengganggu penglihatan.

Infeksi sekunder dapat diobati dengan salep antibiotik setelah mencukur rambut di daerah infeksi. Pemberantasan tuma dilakukan dengan insektisida, DDT 10% bentuk bubuk dan mencukur rambut di daerah yang disenangi oleh P. pubis (Safar, 2010).

Skabies

Skabies atau penyakit kudis yang disebakan infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei vrietas hominis.

Gejala yang ditimbulkan adalah gatal-gatal terutama malam hari yang disebut proritus nokturna yang mengganggu tidur. Gatal disebabkan sensitisasi terhadap ekskret dan sekret tungau setelah terpapar selama 1 bulan dan didahului timbulnya bintik-bintik merah.

Tempat yang sering dikenai adalah stratum korneum yang tipis seperti pergelangan tangan, sela jari, siku bagian luar, ketiak, umbilikus, daerah gluteus ekstremitas, genital eksterna pada laki-laki dan aerola mamae pada wanita ( Safar, 2009 ).

Kandidiasis

Kandidiasis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh jamur Candida albicans. Kandidiasis dapat mengenai mulut, vagina, kulit, kuku, bronki atau paru, kadang-kadang dapat menyebabkan septikemia, endokarditis, atau meningitis (Simatupang, 2009).

Candida albicans adalah penyebab yang paling umum dari vulvovaginitis. Hilangnya pH asam merupakan predisposisi timbulnya vulvovaginitis candida. Vulvovaginitis menyerupai sariawan tetapi menimbulkan iritasi, gatal yang hebat dan pengeluaran sekret. Pada yang berat terdapat pula rasa panas dan nyeri sesudah kencing. Tanda yang khas ialah fluor albus yang berwarna kekuningan disertai gumpalan-gumpalan kepala susu berwarna putih kekuningan. Gumpalan tersebut berasal dari massa yang terlepas dari dinding vulva atau vagina terdiri dari bahan nekrotik, sel-sel epitel dan jamur (Simatupang, 2009).

Tinea Kruris
Tinea kruris adalah penyakit dermatofitosis (penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk) yang disebabkan infeksi golongan jamur dermatofita pada daerah kruris (sela paha, perineum, perianal, gluteus, pubis) dan dapat meluas ke daerah sekitarnya. Penyebab Tinea kruris sendiri sering kali oleh Epidermophyton floccosum, namun dapat pula oleh Trichophyton rubrum, Trichophyton mentagrophytes, dan Trichophyton verrucosum.

Gejala yang muncul antara lain raga gatal yang sangat di bagian yang terinfeksi (lipatan paha, sekitar alat kelamin, paha bagian dalam serta sekitar anus), rasa seperti terbakar, kemerahan (eritema), pengelupasan lapisan luar kulit di bagian lesi, gejala lain seperti luka dan timbulnya cairan bisa terjadi karena efek garukan, bila penyakit ini menjadi menahun, dapat berupa bercak hitam disertai sedikit sisik ( Siregar, 1995 ).

Trikomoniasis
Trikomoniasis adalah infeksi saluran urogenital yang dapat bersifat akut atau kronik dan disebabkan oleh Trichomonas vaginalis.

Penularan umumnya melalui hubungan seksual, tetapi dapat juga melalui pakaian, handuk, atau saat berenang. Trikomoniasis ini banyak ditemukan pada orang dengan aktivitas seksual tinggi, tetapi dapat juga ditemukan pada bayi dan penderita setelah menopause. Penderita wanita lebih banyak dibandingkan dengan pria.

Infeksi trikomoniasis pada wanita yang diserang terutama dinding vagina sehingga terlihat sekret vagina seropurulen berwarna kekuning-kuningan, kuning hijau, berbau tidak enak, dan berbusa. Dinding vagina tampak kemerahan dan sembab. Infeksi trikomoniasis pada laki-laki yang diserang terutama urethra, kelenjar prostat, kadang-kadang preputium, vesikula seminalis, dan epididimis ( Djuanda, 1994 ).

Toxoplasmosis

Penyakit toxoplasmosis bukan disebabkan oleh virus, tetapi disebabkan oleh suatu protozoa obligat intraseluler, yaitu Toxoplasma gondii. Parasit Toxoplasma biasa hidup dalam usus hewan peliharaan, seperti anjing dan kucing sehingga penularan penyakit dari hewan kepada manusia mudah terjadi.  Bila penyakit ini menjangkiti seorang wanita hamil, maka pada janin dalam kandungannya juga akan beresiko terinfeksi dan menimbulkan berbagai kecacatan.

Kontaminasi Toxoplasma gondii dapat berlangsung dengan berbagai cara seperti konsumsi daging yang mengandung ookista yang tidak dimasak secara sempurna, konsumsi sayur – mayur atau buah yang mengandung ookista, transplantasi organ yang terinfeksi Toxoplasma, terkontaminasi lewat darah atau saliva yang mengandung ookista.

Toxoplasmosis sering tidak terdiagnosis mengingat simptom ini mirip penyakit lain, misalnya influenza. Kecurigaan Toxoplasmosis baru timbul bila gejala klinis disertai pembesaran kelenjar limfe, khususnya disudut rahang, didaerah depan dan belakang telinga, dan dibelakang otot sternokieldomastoid dan tidak nyeri tekan (Sunaryo, 2006).

HIV (Human Immunodeficiency Virus)

HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus yang dapat menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah putih yang bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia yang pada akhirnya tidak dapat bertahan dari gangguan penyakit walaupun yang sangat ringan sekalipun.

AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome yang merupakan dampak atau efek dari perkembang biakan virus hiv dalam tubuh makhluk hidup. Virus HIV membutuhkan waktu untuk menyebabkan sindrom AIDS yang mematikan dan sangat berbahaya. Penyakit AIDS disebabkan oleh melemah atau menghilangnya sistem kekebalan tubuh yang tadinya dimiliki karena sel CD4 pada sel darah putih yang banyak dirusak oleh Virus HIV.

Penularan HIV dapat melalui transfusi darah, penggunaan jarum suntik secara bergantian, hubungan seksual dan air susu dari ibu kepada bayinya (Godam, 2006).
HPV (Human Papilloma Virus)

HPV adalah virus yang dapat menyebabkan infeksi pada beberapa bagian tubuh dan ada sekitar 30-40 HPV sub-tipe yang dapat menyebabkan infeksi pada daerah kelamin. Virus ini dapat menyebabkan kutil pada alat kelamin baik pria maupun wanita, kanker serviks pada wanita dan kanker dubur atau penis pada pria.

Faktor resiko dari infeksi HPV adalah orang yang memiliki pasangan seksual lebih dari satu dan orang dengan system kekebalan tubuh yang lemah.

       Beberapa jenis HPV dapat menginfeksi daerah serviks dan menetap sehingga menyebabkan sel-sel tumbuh secara abnormal atau yang sering disebut dengan kanker. Pencegahan untuk infeksi HPV dilakukan dengan tidak berganti-ganti pasangan seksual dan melakukan vaksinasi HPV (Samantha, 2012).

Herpes Simplex tipe II

Herpes Simplek Virus merupakan golongan virus DNA yang merupakan kelompok Harpes virus. Herpes simpleks virus dapat menyebabkan infeksi yang akut dan laten.  Infeksi  Herpes Simplek virus mengakibatkan  ensefalitis, keratokonjungtifitis dan penyakit genital yang ditandai menyebabkan nekrosis dan lesi yang disertai peradangan (Hawly, 2003). Penyakit genital biasanya disebabkan oleh HSV-2  infeksi herves genital terjadi sekitar tiga minggu. Gejala penyakit ini ditandai denga lesi pada penis,serviks,vulva, dan vagina. Lesi sangat nyeri dan dapat disertai dengan demam malaise, disuria, dan limfadenopati. Dalam keadaan tertentu lesi dapat menyebar di luar area genital (Jawetz, 2008).

Cara Merawat Organ Reproduksi
  1. Membiasakan membilas vagina setiap kali selesai buang urin atau air besar, harus membilasnya sampai bersih, yaitu dengan membasuh menggunakan air bersih dari arah depan ke belakang setiap kali usai buang air kecil atau buang air besar. Kemudian basuh dengan tissu sekali usap sebelum mengenakan celana dalam.
  2. Memperhatikan jenis kertas tissu yang digunakan untuk membersihkan daerah vagina. Sehingga meminimalkan terjadinya infeksi oleh bakteri atau virus. Contoh kertas tissu yang bisa dipakai adalah “tissu Lactacyd” atau “Tissu Sirih Wangi Sariayu”.
  3.  Mengganti celana dalam minimal 2 kali dalam sehari, apalagi saat udara panas. Memilih celana dalam yang mudah menyerap keringat, misalnya katun.
  4. Menghindari celana dalam yang terlalu ketat. Celana dalam yang terlalu ketat akan menekan otot vagina dan membuat suasana lembab, misalnya celana jeans, karena dapat memicu kelembapan dan memberi peluang jamur tumbuh subur pada area ini.
  5. Menggunakan air yang berasal dari kran jika berada di toilet umum, karena air yang ditampung di toilet umum dapat mengandung bakteri dan jamur.
  6. Menghindari penggunaan pantyliner beraroma (parfum) atau secara terus menerus setiap hari karena dapat menyebabkan iritasi kulit. Pantyliner hanya digunakan saat mengalami keputihan saja, selalu mempersiapkan celana dalam lebih untuk ganti.
  7.  Menggunakan pembalut dengan permukaan yang lembut dan kering sehingga tidak menimbulkan iritasi ketika anda menstruasi dan sebaiknya mengganti pembalut minimal 5-6 jam sekali. Darah yang tertampung pada pembalut bisa menjadi media tumbuhnya kuman penyebab infeksi.
  8. Menghindari penggunaan cairan khusus pembersih organ reproduksi (seperti Betadine Feminin Hygiene, resik-V ekstrak gambir, Herborist sabun sirih) secara rutin karena akan mengganggu keseimbangan flora dalam vagina. Bila terlalu sering dipakai, justru akan membunuh bakteri baik dalam vagina, yang selanjutnya akan memicu tumbuhnya jamur. Akibatnya, muncul gatal-gatal di area organ reproduksi.
  9. Menerapkan gaya hidup sehat dengan teratur berolahraga dan konsumsi makanan seimbang yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral dalam jumlah cukup, serta banyak mengkonsumsi air putih.
  10. Memotong kulit preputium (sunat) bagi laki-laki untuk menghindari infeksi bakteri virus dan jamur.
  11. Menggunakan kain katun lembut dan air hangat untuk meringankan rasa gatal atau iritasi pada organ reproduksi, usahakan untuk tidak menggaruk organ reproduksi untuk menghindari penyebaran infeksi ke organ lain.
  12. Tidak menahan buang air kecil. Menahan buang air kecil dapat menyebabkan pertumbuhan bakteri pada saluran kemih yang akan mengakibatkan infeksi saluran kemih.

DAFTAR PUSTAKA


Cahyadi, A., Venty. 2011. Tuberkulosis Paru pada Pasien Diabetes Mellitus. J Indon Med Assoc 61:4.

DEPKES RI. 2008. Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia (HCTPS) Yang Pertama 15 Oktober 2008
http://taufiq.blog.unair.ac.id/files/2008/10/hari-cuci-tangan-sedunia-2008.pdf (diakses tanggal 10 Oktober 2012)

Departemen Kesehatan RI. 2006. Buku Pedoman Nasional Penanggulangan  Tuberkulosis. Edisi 2. Jakarta: DEPKES RI

Hadiatma, Mega. 2011. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Mencuci Tangan Terhadap Tingkat Pengetahuan Dan Perilaku Mencuci Tangan Siswa SDN 01 Gonilan. Skripsi Sarjana. Universitas Muhamadiyah Surakarta. Surakarta
http://etd.eprints.ums.ac.id/view/creators/HADIATMA=3AMEGA_=3A=3A.html (diakses tanggal 5 September 2012)

PDPI. 2002.  Tuberkulosis : Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.

Pratiwi, S. T. 2008.  Mikrobiologi Farmasi. Jakarta : Erlangga

Price, S.A., Lorraine, M.W. 2005. PATOFISIOLOGI : Konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta: EGC.

Rachmawati, F. J., Triyana, S. Y.. 2008. Perbandingan Angka Kuman pada Cuci Tangan dengan Beberapa Bahan Sebagai Standarisasi Kerja di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia. Logika. ISSN No.1410-2315. 5(1): 26-31
http://journal.uii.ac.id/index.php/Logika/article/view/179 (diakses tanggal 1 September 2012)

Sukandar, E.Y., Retnosari, A., Joseph, I.S., I Ketut, dan Adji, P.S. 2009. ISO Farmakoterapi. Jakarta: PT.ISFI (Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia).

Syahputri, Delly. 2011. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Siswa Sekolah Dasar (SD) Tentang Sanitasi Dasar Dengan Perilaku  Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas. Skripsi Sarjana. Universitas Sumatera Utara. Medan
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/27601 (diakses tanggal 5 September 2012)

World Health Organization. 2009. WHO Guidelines on Hand Hygiene in Health Care
http://whqlibdoc.who.int/publications/2009/9789241597906_eng.pdf (diakses tanggal 25 November 2012)