Rabu, 19 Juni 2013

KESEHATAN REPRODUKSI

     Kesehatan Reproduksi

Kesehatan reproduksi adalah kesehatan yang sempurna baik fisik, mental, sosial dan lingkungan serta bukan semata-mata terbebas dari penyakit/kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. Menjaga segala sesuatu yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya diperlukan sehingga akan tercipta suatu perilaku seksual yang sehat (Endarto, 2006).

Menjaga kesehatan organ reproduksi berguna untuk menghindari masalah yang mengganggu kesehatan organ reproduksi. Bila tidak dijaga dan dirawat dengan baik, organ reproduksi wanita mulai dari vagina hingga rahim sangat rentan terkena gangguan kesehatan, seperti infeksi jamur, virus, atau bakteri yang dapat menyebabkan radang panggul dan memicu timbulnya kista serta beresiko terkena kanker. Bagi pria juga sangat penting untuk menjaga kesehatan organ reproduksi agar terhindar dari penyakit infeksi  (Nuraini, 2012).

1.      Berbagai Macam Penyakit yang Menyerang Organ Reproduksi

Berbagai macam penyakit yang menyerang organ reproduksi disebabkan oleh :

Sifilis
Penyakit sifilis disebabkan karena infeksi dari bakteri Treponema pallidum. Walaupun penyebaran bakteri ini tidak seluas penyakit kelamin lainnya, kerusakan organ yang disebabkan oleh infeksi ini sangat berat dan dapat mempengaruhi seluruh organ tubuh.

Penyakit sifilis dibedakan menjadi dua yaitu sifilis akuisata dan sifilis kongenital. Sifilis akuisata didapat dari penularan melalui hubungan seksual, sedangkan sifilis kongenital berasal dari ibu yang mengidap penyakit sifilis kepada bayi yang dilahirkannya melalui transplasenta.

Gejala awal dari sifilis adalah adanya bisul kecil keras pada lokasi infeksi, biasanya pada ujung batang pelir pria atau pada leher rahim wanita. Bisul ini tidak gatal ataupun sakit. Bakteri Treponema pallidum dapat menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah. Gejala lainnya adalah ruam, radang tenggorokan, pembengkakan kelenjar getah bening, demam, lesu, pusing, dan kadang kala disertai dengan sebagian rambut rontok. Luka-luka yang terbentuk ini penuh dengan bakteri Treponema.

Belum ada vaksin yang dikembangkan untuk penyakit sifilis sehingga upaya pencegahan sangat penting. Upaya perorangan dapat dilakukan dengan menggunakan kondom dan tidak berganti pasangan seksual. Untuk masyarakat, cara pencagahan utama adalah melakukan pengendalian dengan pemeriksaan rutin dan pengobatan penderita. Sifilis kongenital dapat dicegah dengan perawatan pralahir ( Mandal, 2008 ).

Infeksi Saluran Kencing
Penyakit infeksi saluran kencing atau sering disingkat menjadi ISK merupakan infeksi oleh bakteri yang terjadi pada daerah saluran kemih. Urine sendiri terdiri dari cairan, garam dan produk buangan namun tidak mengandung bakteri. Bakteri yang bisa menyebabkan Infeksi Saluran Kencing adalah Escherichia coli, Staphylococcus epidermidis, dan Proteus sp

Gejala dan tanda infeksi saluran kemih diantaranya adalah penderita merasakan sakit pada saat atau setelah buang air kecil, anyang-anyangan atau perasaan tidak enak pada kandung kemih atau perasaan ingin buang air kecil tanpa ada air seni yang keluar atau dengan jumlah yang sedikit, air seni berwarna pekat atau seperti air teh atau kemerahan, nyeri pinggang dan rasa nyeri bagian pinggang disertai mual jika infeksi sudah mencapai ginjal.
Kencing Nanah

Kencing nanah adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoae. Merupakan bakteri coccus gram negatif. Secara mikoroskopis nampak tersusun berpasangan dan tidak berkapsul. Infeksi Neisseria gonorrhoae pada pria menyebabkan uretritis atau epididimitis, sedangkan pada perempuan dapan menyebabkan endoservitis atau PRP yang sering tidak terdeteksi. Penularan infeksi Neisseria gonorrhoae terjadi melalui kontak seksual atau melalui jalan lahir (Jawets dkk, 2008)

Infeksi Neisseria gonorrhoae sering kali tidak menimbulkan gejala kecuali jika infeksi sudah memasuki tahap lanjut. Gejala yang mungkin timbul antara lain pada pria, akan keluar nanah dari dari saluran kencing dan rasanya sangat panas seperti terbakar, ujung buah zakar berwarna merah dan membengkak dan merasakan sakit yang luar biasa saat buang air kecil. Pada wanita, infeksi dapat terjadi pada saluran kencing, vagina ataupun serviks. Wanita juga bisa merasakan nyeri perut yang sangat hebat, bertambahnya cairan yang keluar dari vagina, air kencing berwarna kuning kehijauan (Hawley, 2003).

Infeksi Neisseria gonorrhoae apabila tidak segera diobati akan menimbulkan infeksi yang menyebar lebih luas. Didapatkan 20% wanita mengalami Infertilitas karena infeksi peyakit ini. Penularan penyakit ini dapat dicegah dengan menghindari gaya hidup seks bebas dan selalu setia kepada pasangan (Hawley, 2003).

Ftiriasis (Pedikulosis pubis)
Ftiriasis (pedikulosis pubis) adalah gangguan pada daerah pubis yang disebabkan oleh infestasi tuma atau kutu Phthirus pubis.

Selain ditemukan pada rambut kemaluan dapat juga ditemukan pada rambut ketiak, jenggot, kumis, alis dan bulu mata. Tuma ini memasukkan bagian mulutnya bagian mulutnya kedalam kulit untuk jangka waktu beberapa lama sambil menghisap darah. P. pubis betina dapat bertelur sampai 50 butir. Telur ini dapat bertehan hidup selama berbulan-bulan. Metamorfosisnya tidak sempurna yang berlangsung dalam waktu kira-kira 3-4 minggu.

Gejala klinik yang ditimbulkan oleh parasit menyebabkan rasa gatal pada tempat tusukan di kulit. Kadang-kadang kulit di sekitar tusukan tampak pucat. Perasaan gatal juga ditimbulkan oleh perpindahan tuma, terutama di daerah pubis. Gatal dan bekas garukan serta lecet yang ditimbulkan tuma sering diikuti oleh infeksi sekunder. Ini terdapat pada orang yang jarang mandi dan kurang bersih. Penularan dapat secara kontak dari penderita ke penderita melalui pakaian. Bila telur diletakkan pada bulu mata dapat mengganggu penglihatan.

Infeksi sekunder dapat diobati dengan salep antibiotik setelah mencukur rambut di daerah infeksi. Pemberantasan tuma dilakukan dengan insektisida, DDT 10% bentuk bubuk dan mencukur rambut di daerah yang disenangi oleh P. pubis (Safar, 2010).

Skabies

Skabies atau penyakit kudis yang disebakan infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei vrietas hominis.

Gejala yang ditimbulkan adalah gatal-gatal terutama malam hari yang disebut proritus nokturna yang mengganggu tidur. Gatal disebabkan sensitisasi terhadap ekskret dan sekret tungau setelah terpapar selama 1 bulan dan didahului timbulnya bintik-bintik merah.

Tempat yang sering dikenai adalah stratum korneum yang tipis seperti pergelangan tangan, sela jari, siku bagian luar, ketiak, umbilikus, daerah gluteus ekstremitas, genital eksterna pada laki-laki dan aerola mamae pada wanita ( Safar, 2009 ).

Kandidiasis

Kandidiasis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh jamur Candida albicans. Kandidiasis dapat mengenai mulut, vagina, kulit, kuku, bronki atau paru, kadang-kadang dapat menyebabkan septikemia, endokarditis, atau meningitis (Simatupang, 2009).

Candida albicans adalah penyebab yang paling umum dari vulvovaginitis. Hilangnya pH asam merupakan predisposisi timbulnya vulvovaginitis candida. Vulvovaginitis menyerupai sariawan tetapi menimbulkan iritasi, gatal yang hebat dan pengeluaran sekret. Pada yang berat terdapat pula rasa panas dan nyeri sesudah kencing. Tanda yang khas ialah fluor albus yang berwarna kekuningan disertai gumpalan-gumpalan kepala susu berwarna putih kekuningan. Gumpalan tersebut berasal dari massa yang terlepas dari dinding vulva atau vagina terdiri dari bahan nekrotik, sel-sel epitel dan jamur (Simatupang, 2009).

Tinea Kruris
Tinea kruris adalah penyakit dermatofitosis (penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk) yang disebabkan infeksi golongan jamur dermatofita pada daerah kruris (sela paha, perineum, perianal, gluteus, pubis) dan dapat meluas ke daerah sekitarnya. Penyebab Tinea kruris sendiri sering kali oleh Epidermophyton floccosum, namun dapat pula oleh Trichophyton rubrum, Trichophyton mentagrophytes, dan Trichophyton verrucosum.

Gejala yang muncul antara lain raga gatal yang sangat di bagian yang terinfeksi (lipatan paha, sekitar alat kelamin, paha bagian dalam serta sekitar anus), rasa seperti terbakar, kemerahan (eritema), pengelupasan lapisan luar kulit di bagian lesi, gejala lain seperti luka dan timbulnya cairan bisa terjadi karena efek garukan, bila penyakit ini menjadi menahun, dapat berupa bercak hitam disertai sedikit sisik ( Siregar, 1995 ).

Trikomoniasis
Trikomoniasis adalah infeksi saluran urogenital yang dapat bersifat akut atau kronik dan disebabkan oleh Trichomonas vaginalis.

Penularan umumnya melalui hubungan seksual, tetapi dapat juga melalui pakaian, handuk, atau saat berenang. Trikomoniasis ini banyak ditemukan pada orang dengan aktivitas seksual tinggi, tetapi dapat juga ditemukan pada bayi dan penderita setelah menopause. Penderita wanita lebih banyak dibandingkan dengan pria.

Infeksi trikomoniasis pada wanita yang diserang terutama dinding vagina sehingga terlihat sekret vagina seropurulen berwarna kekuning-kuningan, kuning hijau, berbau tidak enak, dan berbusa. Dinding vagina tampak kemerahan dan sembab. Infeksi trikomoniasis pada laki-laki yang diserang terutama urethra, kelenjar prostat, kadang-kadang preputium, vesikula seminalis, dan epididimis ( Djuanda, 1994 ).

Toxoplasmosis

Penyakit toxoplasmosis bukan disebabkan oleh virus, tetapi disebabkan oleh suatu protozoa obligat intraseluler, yaitu Toxoplasma gondii. Parasit Toxoplasma biasa hidup dalam usus hewan peliharaan, seperti anjing dan kucing sehingga penularan penyakit dari hewan kepada manusia mudah terjadi.  Bila penyakit ini menjangkiti seorang wanita hamil, maka pada janin dalam kandungannya juga akan beresiko terinfeksi dan menimbulkan berbagai kecacatan.

Kontaminasi Toxoplasma gondii dapat berlangsung dengan berbagai cara seperti konsumsi daging yang mengandung ookista yang tidak dimasak secara sempurna, konsumsi sayur – mayur atau buah yang mengandung ookista, transplantasi organ yang terinfeksi Toxoplasma, terkontaminasi lewat darah atau saliva yang mengandung ookista.

Toxoplasmosis sering tidak terdiagnosis mengingat simptom ini mirip penyakit lain, misalnya influenza. Kecurigaan Toxoplasmosis baru timbul bila gejala klinis disertai pembesaran kelenjar limfe, khususnya disudut rahang, didaerah depan dan belakang telinga, dan dibelakang otot sternokieldomastoid dan tidak nyeri tekan (Sunaryo, 2006).

HIV (Human Immunodeficiency Virus)

HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus yang dapat menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah putih yang bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia yang pada akhirnya tidak dapat bertahan dari gangguan penyakit walaupun yang sangat ringan sekalipun.

AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome yang merupakan dampak atau efek dari perkembang biakan virus hiv dalam tubuh makhluk hidup. Virus HIV membutuhkan waktu untuk menyebabkan sindrom AIDS yang mematikan dan sangat berbahaya. Penyakit AIDS disebabkan oleh melemah atau menghilangnya sistem kekebalan tubuh yang tadinya dimiliki karena sel CD4 pada sel darah putih yang banyak dirusak oleh Virus HIV.

Penularan HIV dapat melalui transfusi darah, penggunaan jarum suntik secara bergantian, hubungan seksual dan air susu dari ibu kepada bayinya (Godam, 2006).
HPV (Human Papilloma Virus)

HPV adalah virus yang dapat menyebabkan infeksi pada beberapa bagian tubuh dan ada sekitar 30-40 HPV sub-tipe yang dapat menyebabkan infeksi pada daerah kelamin. Virus ini dapat menyebabkan kutil pada alat kelamin baik pria maupun wanita, kanker serviks pada wanita dan kanker dubur atau penis pada pria.

Faktor resiko dari infeksi HPV adalah orang yang memiliki pasangan seksual lebih dari satu dan orang dengan system kekebalan tubuh yang lemah.

       Beberapa jenis HPV dapat menginfeksi daerah serviks dan menetap sehingga menyebabkan sel-sel tumbuh secara abnormal atau yang sering disebut dengan kanker. Pencegahan untuk infeksi HPV dilakukan dengan tidak berganti-ganti pasangan seksual dan melakukan vaksinasi HPV (Samantha, 2012).

Herpes Simplex tipe II

Herpes Simplek Virus merupakan golongan virus DNA yang merupakan kelompok Harpes virus. Herpes simpleks virus dapat menyebabkan infeksi yang akut dan laten.  Infeksi  Herpes Simplek virus mengakibatkan  ensefalitis, keratokonjungtifitis dan penyakit genital yang ditandai menyebabkan nekrosis dan lesi yang disertai peradangan (Hawly, 2003). Penyakit genital biasanya disebabkan oleh HSV-2  infeksi herves genital terjadi sekitar tiga minggu. Gejala penyakit ini ditandai denga lesi pada penis,serviks,vulva, dan vagina. Lesi sangat nyeri dan dapat disertai dengan demam malaise, disuria, dan limfadenopati. Dalam keadaan tertentu lesi dapat menyebar di luar area genital (Jawetz, 2008).

Cara Merawat Organ Reproduksi
  1. Membiasakan membilas vagina setiap kali selesai buang urin atau air besar, harus membilasnya sampai bersih, yaitu dengan membasuh menggunakan air bersih dari arah depan ke belakang setiap kali usai buang air kecil atau buang air besar. Kemudian basuh dengan tissu sekali usap sebelum mengenakan celana dalam.
  2. Memperhatikan jenis kertas tissu yang digunakan untuk membersihkan daerah vagina. Sehingga meminimalkan terjadinya infeksi oleh bakteri atau virus. Contoh kertas tissu yang bisa dipakai adalah “tissu Lactacyd” atau “Tissu Sirih Wangi Sariayu”.
  3.  Mengganti celana dalam minimal 2 kali dalam sehari, apalagi saat udara panas. Memilih celana dalam yang mudah menyerap keringat, misalnya katun.
  4. Menghindari celana dalam yang terlalu ketat. Celana dalam yang terlalu ketat akan menekan otot vagina dan membuat suasana lembab, misalnya celana jeans, karena dapat memicu kelembapan dan memberi peluang jamur tumbuh subur pada area ini.
  5. Menggunakan air yang berasal dari kran jika berada di toilet umum, karena air yang ditampung di toilet umum dapat mengandung bakteri dan jamur.
  6. Menghindari penggunaan pantyliner beraroma (parfum) atau secara terus menerus setiap hari karena dapat menyebabkan iritasi kulit. Pantyliner hanya digunakan saat mengalami keputihan saja, selalu mempersiapkan celana dalam lebih untuk ganti.
  7.  Menggunakan pembalut dengan permukaan yang lembut dan kering sehingga tidak menimbulkan iritasi ketika anda menstruasi dan sebaiknya mengganti pembalut minimal 5-6 jam sekali. Darah yang tertampung pada pembalut bisa menjadi media tumbuhnya kuman penyebab infeksi.
  8. Menghindari penggunaan cairan khusus pembersih organ reproduksi (seperti Betadine Feminin Hygiene, resik-V ekstrak gambir, Herborist sabun sirih) secara rutin karena akan mengganggu keseimbangan flora dalam vagina. Bila terlalu sering dipakai, justru akan membunuh bakteri baik dalam vagina, yang selanjutnya akan memicu tumbuhnya jamur. Akibatnya, muncul gatal-gatal di area organ reproduksi.
  9. Menerapkan gaya hidup sehat dengan teratur berolahraga dan konsumsi makanan seimbang yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral dalam jumlah cukup, serta banyak mengkonsumsi air putih.
  10. Memotong kulit preputium (sunat) bagi laki-laki untuk menghindari infeksi bakteri virus dan jamur.
  11. Menggunakan kain katun lembut dan air hangat untuk meringankan rasa gatal atau iritasi pada organ reproduksi, usahakan untuk tidak menggaruk organ reproduksi untuk menghindari penyebaran infeksi ke organ lain.
  12. Tidak menahan buang air kecil. Menahan buang air kecil dapat menyebabkan pertumbuhan bakteri pada saluran kemih yang akan mengakibatkan infeksi saluran kemih.

DAFTAR PUSTAKA


Cahyadi, A., Venty. 2011. Tuberkulosis Paru pada Pasien Diabetes Mellitus. J Indon Med Assoc 61:4.

DEPKES RI. 2008. Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia (HCTPS) Yang Pertama 15 Oktober 2008
http://taufiq.blog.unair.ac.id/files/2008/10/hari-cuci-tangan-sedunia-2008.pdf (diakses tanggal 10 Oktober 2012)

Departemen Kesehatan RI. 2006. Buku Pedoman Nasional Penanggulangan  Tuberkulosis. Edisi 2. Jakarta: DEPKES RI

Hadiatma, Mega. 2011. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Mencuci Tangan Terhadap Tingkat Pengetahuan Dan Perilaku Mencuci Tangan Siswa SDN 01 Gonilan. Skripsi Sarjana. Universitas Muhamadiyah Surakarta. Surakarta
http://etd.eprints.ums.ac.id/view/creators/HADIATMA=3AMEGA_=3A=3A.html (diakses tanggal 5 September 2012)

PDPI. 2002.  Tuberkulosis : Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.

Pratiwi, S. T. 2008.  Mikrobiologi Farmasi. Jakarta : Erlangga

Price, S.A., Lorraine, M.W. 2005. PATOFISIOLOGI : Konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta: EGC.

Rachmawati, F. J., Triyana, S. Y.. 2008. Perbandingan Angka Kuman pada Cuci Tangan dengan Beberapa Bahan Sebagai Standarisasi Kerja di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia. Logika. ISSN No.1410-2315. 5(1): 26-31
http://journal.uii.ac.id/index.php/Logika/article/view/179 (diakses tanggal 1 September 2012)

Sukandar, E.Y., Retnosari, A., Joseph, I.S., I Ketut, dan Adji, P.S. 2009. ISO Farmakoterapi. Jakarta: PT.ISFI (Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia).

Syahputri, Delly. 2011. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Siswa Sekolah Dasar (SD) Tentang Sanitasi Dasar Dengan Perilaku  Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas. Skripsi Sarjana. Universitas Sumatera Utara. Medan
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/27601 (diakses tanggal 5 September 2012)

World Health Organization. 2009. WHO Guidelines on Hand Hygiene in Health Care
http://whqlibdoc.who.int/publications/2009/9789241597906_eng.pdf (diakses tanggal 25 November 2012)


Sabtu, 01 Desember 2012

PENGGUNAAN BORAKS SEBAGAI BAHAN TAMBAHAN MAKANAN

Dalam pembuatan makanan, termasuk makanan jajanan tradisional, masih
banyak ditemukan penggunaan bahan-bahan pengawet yang dilarang. Salah satu di
antaranya adalah penggunaan boraks. Bahan ini banyak digunakan sebagai bahan
tambahan dalam pembuatan berbagai makanan, misalnya bakso, mi basah, siomay,
dan gendar. Penggunaan boraks sebagai bahan tambahan pangan selain bertujuan
untuk mengawetkan makanan juga bertujuan agar makanan menjadi lebih kompak
(kenyal) teksturnya dan memperbaiki penampakan4. Dengan jumlah sedikit saja telah
dapat memberikan pengaruh kekenyalan pada makanan sehingga menjadi lebih legit,
tahan lama, dan terasa enak di mulut.
Boraks atau yang lazim disebut asam borat (boric acid) adalah senyawa kimia
turunan dari logam berat boron (B). Asam borat terdiri atas tiga macam senyawa,
yaitu: asam ortoborat (H3BO3), asam metaborat (HBO2), dan asam piroborat
(H2B4O7)10 Rumus struktur ketiga asam borat tersebut adalah sebagai berikut.
OH

H3BO3 : HO—B—OH ; HBO2 : HO—B ═ O
Asam ortoborat Asam metaborat
                      O — B — O
                      /        │        \
H2B4O7 : HO—B O B—OH
                     \         │        /
                      O — B — O
Asam piroborat
Asam-asam borat adalah asam lemah. Boraks merupakan senyawa hidrat dari garam
natrium tetraborat dengan rumus molekul Na2B4O7 . 10 H2O (Natrium tetraborat
dekahidrat)22,23. Garam natrium tetraborat adalah garam natrium dari asam piroborat
(Na2B4O7).
21
O — B — O
/ | \
Na2B4O7 : Na — O — B O B — O — Na
\ | /
O — B — O
Natrium tetraborat
Dalam perdagangan boraks dikenal dengan sebutan borofax three elephant,
hydrogen orthoborate, NCL-C56417, calcium borate, atau sassolite. Dalam istilah
domestik boraks memiliki nama berbeda-beda. Di Jawa Tengah boraks disebut
dengan nama air bleng atau garam bleng, di daerah Sunda disebut bubuk gendar; di
Jakarta disebut pijer. Boraks yang diperdagangkan dalam bentuk balok padat, kristal,
atau tepung berwarna putih kekuningan, atau dalam bentuk cairan tidak berwarna.
Boraks berasal dari tambang alam dari daerah batuan mineral yang mengandung
boraks, misalnya batuan kernite, batuan colemanite, atau batuan ulexit10.
Boraks digunakan orang sudah sejak lama, yaitu sebagai zat pembersih
(cleaning agent), zat pengawet makanan (additive), dan untuk penyamak kulit.
Boraks sebagai antiseptik dan pembunuh kuman. Karena itu borak banyak digunakan
sebagai anti jamur, bahan pengawet kayu, dan untuk bahan antiseptik pada
kosmetik10. Dalam industri tekstil boraks digunakan untuk mencegah kutu, lumut,
dan jamur. Boraks juga digunakan sebagai insektisida dengan mencampurkannya
dalam gula untuk membunuh semut, kecoa, dan lalat10. Boraks sejak lama sudah
digunakan untuk membuat gendar nasi, krupuk gendar, atau krupuk puli yang secara
lokal di beberapa daerah di Jawa disebut karag atau lempeng.
Boraks dalam peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia dinyatakan
bahan berbahaya dan beracun, dan dilarang untuk digunakan dalam pembuatan
makanan10. Peraturan Menteri Kesehatan tersebut didasarkan pada hasil sidang
Codex dunia tentang makanan, yang melarang boraks untuk digunakan sebagai
bahan tambahan makanan karena dapat menyebabkan kanker pada tikus percobaan.
Karena bersifat toksik, maka boraks dimasukkan dalam golongan senyawa yang
disebut bahan berbahaya dan beracun (B3).
Tumbuhan buah-buahan dan sayuran yang dipupuk dengan pupuk yang
mengandung senyawa boraks dalam waktu lama akan terakumulasi dalam buah dan
sayuran. Dengan demikian bila kita memakan buah atau sayuran tersebut maka kita
akan mengkonsumsi boraks.
Boraks dinyatakan sebagai bahan berbahaya bagi kesehatan karena dari hasil
percobaan dengan menggunakan tikus menunjukkan sifat karsinogenik19. Dalam
makanan boraks akan terserap oleh darah dan disimpan di dalam hati. Karena tidak
mudah terlarut dalam air boraks bersifat kumulatif. Boraks di dalam tubuh dapat
menimbulkan bermacam-macam gangguan. Gangguan-gangguan umum yang
ditimbulkan boraks adalah sebagai berikut 10.
1. Dapat menyebabkan gangguan pada pertumbuhan bayi, terutama mata.
2. Menyebabkan gangguan proses reproduksi.
3. Dapat menimbulkan iritasi pada lambung, kulit merah dan mengelupas.
4. Menyebabkan gangguan pada ginjal, hati, dan testes.
Informasi tentang gangguan kesehatan karena boraks masih sangat sedikit,
bahkan dapat dikatakan belum ada bukti yang cukup kuat. Hal ini dapat dimengerti

karena akibat yang ditimbulkannya tidak dapat segera tampak. Gejala-gejala
gangguan kesehatan yang dapat diamati dalam jangka pendek karena menghisap atau
kontak secara langsung dengan boraks antara lain terjadinya iritasi pada hidung,
saluran pernapasan, dan mata. Selain itu, adanya pencemaran boron dalam waktu
panjang dapat menimbulkan gangguan reproduksi berupa menurunnya jumlah
sperma pada orang laki-laki. Dari hasil penelitian pada hewan menunjukkan bahwa
dengan adanya pencemaran boron dalam jangka panjang dapat menyebabkan
gangguan pada jaringan paru-paru dan inhalasi yang lama. Pencemaran boron dalam
kadar tinggi dalam waktu singkat dapat menimbulkan bahaya pada perut, usus, hati,
ginjal, dan otak. Dari hasil penelitian pada hewan menunjukkan dengan adanya
pencemaran boron pada hewan jantan dapat menyebabkan gangguan pada testes dan
gangguan kelahiran pada hewan betina yang bunting. Terjadinya kontak langsung
pada hewan dapat menyebabkan terjadinya iritasi kulit. Akibat dari kontak dengan
kulit manusia belum diketahui10. Konsumsi boraks secara terus menerus dapat
mengganggu gerak pencernaan usus dan dapat mengakibatkan usus tidak mampu
mengubah zat makanan sehingga dapat diserap dan diedarkan ke seluruh tubuh15.
Pada dosis 5 gram atau lebih dalam tubuh bayi dan anak kecil dapat menyebabkan
kematian. Pada orang dewasa kematian dapat terjadi pada dosis 10 – 20 gram atau
lebih
sumber data http://eprints.undip.ac.id/15326/1/SRI_SUGIYATMIE4B004082.pdf

Minggu, 21 Oktober 2012

PEWARNA MAKANAN DAN IDENTIFIKSINYA

Pewarna
Pewarna adalah bahan yang dapat memberikan atau memperbaiki warna pada
makanan. Dengan menggunakan pewarna, makanan bisa tampak lebih menarik dan
menjadi lebih bervariasi.
Berikut ini adalah jenis-jenis pewarna alami dan buatan yang sering di gunakan :
· Alami :
1. Anato (oranye), antara lain digunakan untuk es krim keju dan lain-lain.
2. Karamel (coklat hitam), biasanya digunakan dalam proses pembuatan selai,
     jeli,atau jamur kalengan .
3. Beta-karoten (kuning), terdapat dalam wortel.
4. Kapsaisin (merah), terdapat dalam cabai merah.
5. Klorofil (hijau), terdapat dalam daun suji dan daun pandan biasanya
    digunakan pada saat proses pembuatan kue.
6. Kunyit (kuning)
· Buatan :
1. Tartazine (kuning-jingga)
2. Sunset Yellow (merah-jingga)
3. Carmoisine (merah)
4. Quinoline Yellow
5. Ponceau 4R (merah terang)
6. Brilliant Blue FCF, biasanya digunakan untuk es krim
Bahaya yang ditimbulkan jika menggunakan bahan pewarna sintetik yang tidak diizinkan yaitu :
1. Jika terhirup dapat menimbulkan iritasi pada saluran pernafasan.
2. Jika terkena kulit dapat menimbulkan iritasi pada kulit.
3. Jika terkena mata dapat menimbulkan iritasi pada mata, mata kemerahan, udem pada kelopak mata.
15
4. Jika tertelan dapat menimbulkan gejala keracunan dan air seni berwarna merah atau merah muda. (http://informasi Jika tertelan dapat menimbulkan gejala keracunan dan air seni berwarna merah atau merah muda. (http://informasisehat.wordpress.com/2009/05/21/bahaya-zat-pewarna-pada-makanan/)Analisa Kromatogsehat.wordpress.com/2009/05/21/bahaya-zat-pewarna-pada-makanan/)
Analisa Kromatografi Kertas Prinsip uji bahan Pewarna Tambahan Makanan (BTP) adalah zat warna dalam contoh makanan/minuman diserap oleh benang wool dalam suasana asam dengan pemanasan kemudian dilakukan
kromatografi kertas.
  1. Memasukan  10 ml sampel cair atau 10 –25 gram sampel padatan ke dalam gelas piala 100 ml.
  2. Diasamkan dengan menambahkan 5 ml Asam asetat 10 %.
  3. Memasukan dan merendam benang wool ke dalam sampel tersebut.
  4. Memanaskan dan mendiamkan sampai mendidih (sekitar 10 menit).
  5. Mengambil benang wool, dicuci dengan air dan dibilas dengan aquades.
  6. Menambahkan 25 ml amoniak 10 % ke dalam benang wool yang telah dibilas tersebut.
  7. Memanaskan benang wool sampai tertarik pada benang wool (luntur).
  8. Benang wool dibuang, larutan diuapkan diatas water bath sampai kering.
  9. Residu ditambah beberapa tetes metanol, untuk ditotolkan pada kertas kromatografi yang siap pakai.
  10. Dieluasi dalam bejana dengan eluen sampai mencapai tanda batas.
  11. Kertas kromatografi diangkat dan dibiarkan mengering.
  12. Warna yang terjadi diamati,
  13. membandingkan Rf (Retardation factor) antara Rf sampel dan Rf standar.
          Perhitungan :
          Rf = Jarak yang ditempuh komponen / Jarak yang ditempuh eluen

Pereaksi khusus
- Asam asetat glacial p.a
- Larutan asam asetat 10 % atau 50 %
- Amonia NH4OH, BJ. 0,88
- Larutan baku zat warna makanan
- Larutan Elusi
· Larutan Elusi I : Campuran perbandingan volume n-butanol : asam asetat glacial : air (4:5:1)
· Larutan Elusi II : Campuran Perbandingan volume isobutanol : etanol : air (3:2:2)
· Larutan Elusi III : Larutan NaCl 2 % dalam alkohol 50 %.
· Larutan Elusi IV : Campuran Perbandingan volume etil metil keton : asetat : air (7:3:3)
· Larutan Elusi V : Campuran perbandingan volume n-butanol : asam asetat glacial : air (4:2:2,4)
· Larutan Elusi VI : Campuran perbandingan berat fenol : air (4:1)
· Larutan Elusi VII : Campuran Perbandingan volume etil metil keton : asetat : piridin : air (1:1:5:4)
· Larutan Elusi VIII : Campuran Perbandingan volume etil metil keton : aseton : air : amonia pekat (3,5 : 1,5: ...)
· Larutan Elusi IX : Encerkan 5 ml amonia pekat (Bj = 0,88) dengan air hingga 100 ml, tambahkan 2 g Trinatrium sitrat kedalam larutan amonium tersebut.
http://madmoisle.files.wordpress.com/2009/08/bahan-tambahan-makanan-farmasi.pdf
http://ripanimusyaffalab.blogspot.com/2011/10/identifikasi-pewarna-tambahan-pada.html#!/2011/10/identifikasi-pewarna-tambahan-pada.html

Minggu, 14 Oktober 2012

PENGAWET SALISILAT DAN BENZOAT

Dari segi ilmu kimia, komponen utama dari bahan pangan terdiri dari
protein, karbohidrat, dan lemak. Kerusakan bahan pangan ini umumnya
disebabkan oleh mikroorganisme melalui proses enzimates dan oksidasi,
terutama yang mengandung protein dan lemak sementara karbohidrat
mengalami dekomposisi. Dalam rangka menghambat proses kerusakan
pangan, oleh beberapa pengusaha digunakan bahan pengawet
Menurut Dr. Sri Durjati Boedihardjo, ada beberapa alasan mengapa para pembuat makanan mengawetkan produk mereka. Salah satunya karena daya tahan kebanyakan makanan memang sangat terbatas dan mudah rusak ( perishable). Dengan pengawetan, makanan bisa disimpan berhari-hari, bahkan berbulan-bulan dan ini jelas-jelas sangat menguntungkan pedagang.
Alasan lain, beberapa zat pengawet berfungsi sebagai penambah daya tarik makanan itu sendiri. Seperti penambahan kalium nitrit agar olahan daging tampak berwarna merah segar. Tampilan yang menarik biasanya membuat konsumen jatuh hati untuk membelinya.
Menurut pakar gizi dari RS Internasional Bintaro Banten, secara garis besar zat pengawet dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. GRAS (Generally Recognized as Safe) yang umumnya bersifat alami, sehingga aman dan tidak berefek racun sama sekali.
2. ADI (Acceptable Daily Intake), yang selalu ditetapkan batas penggunaan hariannya (daily intake) guna melindungi kesehatan konsumen.
3. Zat pengawet yang memang tidak layak dikonsumsi, alias berbahaya seperti boraks, formalin dan rhodamin B. Formalin, misalnya, bisa menyebabkan kanker paru-paru serta gangguan pada alat pencernaan dan jantung. Sedangkan penggunaan boraks sebagai pengawet makanan dapat menyebabkan gangguan pada otak, hati, dan kulit.
BAHAN-BAHAN PENGAWET YANG DIIZINKAN
• asam benzoat,
• asam propionat,
• asam sorbat,
• sulfur dioksida,
• etil p-hidroksi benzoat,
• kalium benzoat,
• kalium sulfit,
• kalium bisulfit,
• kalium nitrat,
• kalium nitrit,
• kalium propionat,
• kalium sorbat,
• kalsium propionat,
• kalsium sorbat,
• kalsium benzoat,
• natrium benzoat,
• metil-p-hidroksi benzoat,
• natrium sulfit,
• natrium bisulfit,
• natirum metabisulfit,
• natrium nitrat,
• natrium nitrit,
• natrium propionat,
• nisin, dan
• propil-p-hidroksi benzoat.

Beberapa zat pengawet berikut diindikasikan menimbulkan efek negatif jika dikonsumsi oleh individu tertentu, semisal yang alergi atau digunakan secara berlebihan.
• Kalsium Benzoat
Bahan pengawet ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri penghasil toksin (racun), bakteri spora dan bakteri bukan pembusuk. Senyawa ini dapat mempengaruhi rasa.
Bahan makanan atau minuman yang diberi benzoat dapat memberikan kesan aroma fenol, yaitu seperti aroma obat cair. Asam benzoat digunakan untuk mengawetkan minuman ringan, minuman anggur, saus sari buah, sirup, dan ikan asin.
Bahan ini bisa menyebabkan dampak negatif pada penderita asma dan bagi orang yang peka terhadap aspirin. Kalsium Benzoat bisa memicu terjadinya serangan asma.

•ASAM BENZOAT

 Asam benzoat menghambat pertumbuhan jamur, kapang dan beberapa bakteri. Asam benzoat bisa ditambahkan langsung atau ditambahkan dalam bentukan garamnya (dengan basa natrium, kalium, atau kalsium). Efektivitas asam benzoat dan turunan benzoat tergantung pada pH makanan. Makanan berkadar asam dan minuman seperti jus buah (asam sitrat), minuman bersoda (karbon dioksida), minuman ringan (asam fosfat), Acar (cuka) atau makanan lain yang diasamkan diawetkan dengan asam benzoat dan natrium benzoat. Asam benzoat terdeteksi dengan jumlah sedikit di cranberry, plum, greengage plum, kayu manis, cengkeh matang, dan apel.

Sifat Fisika Kimia

Deskripsi
Bentuk fisik : kristal, serbuk, warna putih, bau bermacam-macam, berat molekul  122,12;  titik didih   480 0F (2490C);  titik leleh   252 0F (122 0C);  Tekanan uap   @ 96 0C  1mmHg;  Kerapatan (udara =1) ; 4,2;  Kerapatan relatif pada @ 15 0C (air =1)   : 1,2659; pH : 2,8 ( larutan jenuh). Larut dalam alkohol, eter, benzen; kloroform; aseton, karbon disulfida, minyak terpentin, karbon tetraklorida, minyak-minyak menguap. Sedikit larut dalam petroleum eter, heksan.

2.3.
Frasa Risiko, Frasa Keamanan dan Tingkat bahaya


 Peringkat NFPA ( Skala 0 – 4 )
 Kesehatan  2  =  Tingkat keparahan tinggi
 Kebakaran  1  =  Dapat terbakar
 Reaktivitas  0  =  Tidak reaktif

 Klasifikasi EU   :
 Xn   
 R 22   :   berbahaya jika tertelan.

3.
Penggunaan

Pengawet pada makanan, lemak-lemak, jus buah, pelarut alkaloid; Pada pembuatan benzoat dan senyawa benzoil. Sebagai standar pada analisa volumetrik dan kalorimetrik.sebagai anti jamur dalam farmasi.

4.
Identifikasi Bahaya


Terhirup : Sakit tenggorokan
Kontak dengan kulit : Iritasi ringan, ruam.
Kontak dengan mata : Iritasi

Tertelan
Sakit tenggorokan, mual, muntah, sakit perut.


4.2.2.
Paparan jangka panjang
 
Terhirup : Tidak ada data
Kontak dengan kulit : Tidak ada informasi tentang efek merugikan   yang bermakna
Kontak dengan mata : Iritasi
Tertelan : Konvulsi

5 Toksisitas


Data binatang

LD50 (intraperitoneal, tikus)  1600 mg/kgBB; LD50  (per-oral, mencit) 1460 mg/kgBB;  LD50 (kulit, kelinci)
> 10 g/kgBB.

7.2.
Mutagenik


        Mutasi pada mikroorganisme - Escheria coli 10 mmol        (-S9); DNA inhibisi - lymphocyte pada manusia 5 mmol/L

7.3.
Informasi Ekologi


Ekotoksisitas data : LC 50 (mortalitas) 180000 m/l 96 jam mosquitofish (gambusia affinis)
Toksisitas invertebrata : EC 100 (abundance) water flea (Daphnia magna) 1000 mg/L 24 jam.

8.
Efek klinis

8.1.
Keracunan akut


Terhirup
Debu dapat menyebabkan iritasi pernafasan ringan dengan sakit tenggorokan dan batuk.
Kontak dengan kulit
Debu dan cairan dapat menyebabkan iritasi ringan dan kulit kemerahan. Konsentrasi diatas 0,2 %, dapat mengakibatkan bermacam-macam reaksi kulit dari eritema sampai kontak urtikaria non imunologis pada beberapa orang.
Kontak dengan mata
Debu dapat menyebabkan iritasi kuat dan mata merah.
Tertelan
Pada dosis besar dapat menyebabkan sakit pada tenggorokan, sakit lambung, mual, muntah.
asa salisilat
Asam salisilat (ortho-Hydroxybenzoik acid) dapat mencegah terjadinya penjamuran pada buah dan telah digunakan dalam pabrik cuka. Namun, penggunaan asam salisilat sebagai pengawet makanan seperti yang diatur Pemerintah Amerika pada tahun 1904 disalahgunakan untuk pengawet makanan pada produsen-produsen makanan yang nakal.
Asam salisilat dilarang digunakan sebagai bahan pengawet makanan di Indonesia. Pasalnya, asam salisilat memiliki iritasi kuat ketika terhirup atau tertelan. Bahkan ketika ditambah air, asam salisilat tetap memberikan gangguan kesehatan pada tubuh karena dapat menyebabkan nyeri, mual, dan muntah jika tertelan.
Pada sebuah sebuah survei terhadap sup sayuran, disebutkan bahwa sup sayuran nonorganik mengandung asam salisilat hampir enam kali lipat ketimbang sup sayuran organik. Kandungan asam salisilat dalam tanaman secara alami berguna untuk tanaman bertahan dari serangan penyakit. Namun bila kandungan asam salisilat melebihi dan berlebihan masuk ke dalam tubuh, maka gangguan kesehatan dapat terjadi, misalnya terjadi pengerasan dinding pembuluh darah dan kanker saluran pencernaan.

http://www.usu.ac.id/id/files/pidato/pina.pdf
http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2007/evi%20w/data%20pengawet.pdf
http://www.pom.go.id/katker/doc/Asam%20benzoat.htm
http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._KESEJAHTERAAN_KELUARGA/197807162006042-AI_MAHMUDATUSSA%27ADAH/BAHAN_TAMBAHAN_PANGAN.pdf

Minggu, 30 September 2012

pemeriksaan protein metode kjedahl

protein merupakan suatu senyawa yang disusun oleh asam amino.asam0asa amino ini terikat oleh ikatan peptida satusamalain.
gugus amin dari suatu asam amino bersatu dengan gugus karboksil dari asam amno lain dengan mengeluarkan air.dengan demikian protein memiliki sifat zwitser ion.

protein merupakan senyawa amfoter yang dapat bersifat basa. miatan listriknya tergantubg pada pH.Pada pH tertentu muatan listriknya menjadi nol, yaitu titik isoelektris yang berada pada pH 4,7
ciri ciri moekul protein :
1. berat molekulnya besar sehingga disebut makro molekul
2. umumnya terdiri atas macam macm asam amino yang berikatan satu sama lain dalam fariasi urutan yang bermacam macam membentuk suatu rantai polipeptida.
3. terdapat ikatan kimia lain yang menhyebabkan terbentuknya lengkunga pada ikatan polipeptida menjadi struktur 3 dimensi protein
4. sturtur tidak stabil terhadap beberapa faktor seperti pH, radiasi, Temperatur, pelarut organik dan detergen.
5. reaktif dan spesifik
 pemeriksaan protein biasanya tidak dilakukan secara langsung namun menggunakan perhitungan berdasar jumlah Nitrogen didalamnya

Metode kjeldahl
Merupkan metode sederhana untuk memetapkan nitrogen total pada asam amino dan protein atau senyawa lain ang mengan dung protein. Metode ini sudah banyak dimodifikasi dan coco digunakan secara semi mikro karena hanya membutuhkan jumlah sampel dan pereaksi yangpendek serta waktuanalisa yang singkat. Metode ini cocok digunaknan pada penetapan kadar protein tidak terlarut atau protein yang sudah mengalami koagulasi akipat proses pengolaj\han makanan
Secara umum metode kjedahl ada tiga tahap yakni
i.    Tahap destruksi
Sapel dipanaskan dalam asam sulfat sehingga mendestruksi unsur unsurnya, C dan H menhadi CO dan CO2 serta H2O, N menjadi ammonium sulfat. Untuk mendestruki 1 ram protein memerlukan kurang lebih 9 gram asam sulfat. Utu menamnbahnkecepatan destruksi dapat ditambahkan katalis natrium sulfat dan merkuri oksida 20:1. Gunning menganjurkan menggunakan kalium sulfat atau tembagaii sulfta. Katalis digunakan untuk meningkatkan titik didih asam sulfat. Suhu destruksi berkisar 370-4100C.   
reaksi

ii.    Tahap destilasi
Padatahap ini amoniumsulfat di pesah menjadi amonia dengan menamhan NAOH dan pemanasan. Amonia ynag dilepaskan akan ditangkap dengan laruta baku asam  (HCl atau asamborat 4% berlebih) dengan indikator PP
Reaksi

iii.    Tahap titrasi
Disini sisa desdtilat yang tidak bereksi dengan amonia akan dititrasi dengan laritan standar naOh . titik akhir titrasi menunjukkan warna merah muda dengan indikator PP yang tetap dalam 30 detik.
Reaksi
Jika penampung destilat menggunakan HCL Kadar protein diukur dengan persamaan
VnaOH blagko – v naoh sampel/berat sampel x N NaOHx 14,008 x FKx100%
Dan jika penampung yang digunakan adalah asam borat maka banyaknya asam borat yan berekasi dengan amonia dapat dilakukan dengan menitrasi ion amoniaum hasil reaksi  dnengan HCl dengan indikator MR / MB. Titik akhir titrasi bilihat dengan perubahan larutan dari mbiru menjadi merah muda.  Jumlah titrasi sampel dan blangko akan ekuifalen dengan nitrogen dan dihitung dengan persamaan :
VHCl blagko – v HCl sampel/berat sampel x N NaOHx 14,008 x FKx100%

Selasa, 18 September 2012

LEMAK DAN ANALISISNYA

 LEMAK DAN ANALISISNYA


 DEVINISI

     Lemak merupakan sekelompok besar molekul-molekul alam yang terdiri atas unsur-unsur karbon, hidrogen, dan oksigen meliputi asam lemak, malam, sterol, vitamin-vitamin yang larut di dalam lemak (contohnya A, D, E, dan K), monogliserida, digliserida, fosfolipid, glikolipid, terpenoid (termasuk di dalamnya getah dan steroid) dan lain-lain. Lemak secara khusus menjadi sebutan bagi minyak hewani pada suhu ruang, lepas dari wujudnya yang padat maupun cair, yang terdapat pada jaringan tubuh yang disebut adiposa (Anonim 2010).
     Lemak adalah senyawa gliserida, yaitu suatu ester dari gliserol dengan asam lemak. Gliserol merupakan
alkohol polivalen, tepatnya alkohol trivalen. Rumus struktur gliserol adalah CH2CHOHCH2OH. Nama
kimianya 1,2,3-propanatriol. Asam lemak adalah senyawa asam karboksilat suku tinggi, artinya rantai atom
C-nya panjang. Asam lemak dibedakan menjadi asam lemak jenuh dan tak jenuh. Asam lemak jenuh, ikatan
kovalen pada rantai atom C semuanya tunggal. Sedang asam lemak tak jenuh, pada rantai atom C mengandung

ikatan rangkap.
Lipida merupakan golongan senyawa organik kedua yang
menjadi sumber makanan, merupakan kira-kira 40% dari makanan yang dimakan setiap
hari. Lipida mempunyai sifat umum sebagai berikut:
•lidak larut dalam air
•larut dalam pelarut organik seperti benzena, eter, aseton, kloroform, dan
karbontetraklorida
•mengandung unsur-unsur karbon, hidrogen, dan oksigen, kadang-kadang
juga mengandung nitrogen dan fosfor
•bila dihidrolisis akan menghasilkan asam lemak
•berperan pada metabolisme tumbuhan dan hewan.
Klasifikasi LipidKelompok utama lipid
•Trigliserida
•Fosfolipid
•Sfingolipid
•Lipoprotein
•Steroid
•Lilin


Analisa Minyak

Metode Soxhlet

Mengekstraksi lemak secara murni sangat sulit dilakukan, sebab pada waktu mengekstraksi lemak, akan terekstraksi pula zat-zat yang larut dalam lemak seperti sterol, phospholipid, asam lemak bebas, pigmen karotenoid, khlorofil, dan lain-lain. Pelarut yang digunakan harus bebas dari air agar bahan-bahan yang larut dalam air tidak terekstrak dan terhitung sebagai lemak dan keaktifan pelarut tersebut menjadi berkurang. Pelarut ini seperti dietil eter, hexana, benzena, dan lain-lain.
Ada dua kelompok umum untuk mengekstraksi lemak yaitu metode ekstraksi kering dan metode ekstraksi basah. Metode kering pada ekstraksi lemak mempunyai prinsip bahwa mengeluarkan lemak dan zat yang terlarut dalam lemak tersebut dari sampel yang telah kering benar dengan menggunakan pelarut anyhidrous. Keuntungan dari dari metode kering ini, praktikum menjadi amat sederhana, bersifat universal, dan mempunyai ketepatan yang baik. Kelemahannya metode ini membutuhkan waktu yang cukup lama, pelarut yang digunakan mudah terbakar dan adanya zat lain yang ikut terekstrak sebagai lemak.
Prinsip soxhlet ialah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya sehingga terjadi ekstraksi kontiyu dengan jumlah pelarut konstan dengan adanya pendingin balik. Metode soxhlet ini dipilih karena pelarut yang digunakan lebih sedikit (efesiensi bahan) dan larutan sari yang dialirkan melalui sifon tetap tinggal dalam labu, sehingga pelarut yang digunakan untuk mengekstrak sampel selalu baru dan meningkatkan laju ekstraksi. Waktu yang digunakan lebih cepat. Kerugian metode ini ialah pelarut yang digunakan harus mudah menguap dan hanya digunakan untuk ekstraksi senyawa yang tahan panas.
A. Penentuan Kadar Minyak/Lemak
Penentuan kadar minyak atau lemak suatu bahan dapat dilakukan dengan alat
ekstraktor Soxhlet.
Soklet terdiri dari:

   1. pengaduk / granul anti-bumping
   2. still pot (wadah penyuling)
   3. Bypass sidearm
   4. thimble selulosa
   5. extraction liquid
   6. Syphon arm inlet
   7. Syphon arm outlet
   8. Expansion adapter
   9. Condenser (pendingin)
  10. Cooling water in
  11. Cooling water out

Bahan yang akan diekstraksi ialah jagung, dedak, tepung ikan, pelet. Penentuan kadar lemak dengan pelarut organik, selain lemak juga terikut Fosfolipida, Sterol, Asam lemak bebas, Karotenoid, dan Pigmen yang lain . Karena itu hasil ekstraksinya disebut Lemak kasar .Ekstraksi dengan alat Soxhlet merupakan cara ekstraksi yang efisien,
karena pelarut yang digunakan dapat diperoleh kembali. Dalam penentuan kadar minyak
atau lemak, bahan yang diuji harus cukup kering, karena jika masih basah selain
memperlambat proses ekstraksi, air dapat turun ke dalam labu dan akan mempengaruhi
dalam perhitungan (Ketaren, 1986:36). Sebagai contoh adalah ekstraksi minyak dalam sampel , dengan prosedur sebagai berikut:
Timbang 15 gram sampel , diiris-iris sampai lembut. Selanjutnya dibungkus dengan
kertas saring bebas lemak, ujung atas maupun ujung bawah ditutup dengan kapas bebas
lemak. Kemudian masukkan ke dalam alat Soxhlet, masukkan pelarut petroleum eter
sebanyak 60% dari volume labu ekstraksi dan lakukan ekstraksi selama 1,5 jam. Proses
ekstraksi selesai apabila petroleum eter sudah jernih. Ekstrak yang diperoleh ditambah
dengan natrium sulfat anhidrat, saring. Kemudian filtrat didistilasi biasa, atau petroleum
eter diuapkan dengan evaporator berputar sampai semua petroleum eter habis. Kadar
minyak dapat dihitung dengan rumus:

Kadar minyak (%) = (B - A) 100/berat bahan (gr)
Keterangan:
A= berat labu kosong
B= berat labu dan ekstrak minyak (gr)

Penentuan Bilangan Penyabunan Minyak/Lemak

Penentuan bilangan penyabunan meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
1.Pembuatan KOH alkoholis 0,5 N
  Ditimbang 6 gram tablet KOH murni, dilarutkan dengan etanol 95% sampai volume 250 ml. Larutan itu dibiarkan semalam dalam botol tertutup. Kemudian disaring dan distandarisasi dengan HCl 0,5 N menggunakan indikator pp.
2.Standarisasi KOH alkoholis 0,5 N
  Diambil 10 ml KOH alkoholis 0,5 N yang telah dibuat menggunakan pipet ukur, masukkan dalam erlenmeyer. Titrasi menggunakan HCl 0,5 N menggunakan indikator pp. Titrasi dilakukan tiga kali (triplo).
3.Penentuan angka penyabunan
  Timbang 0,5 – 1,0 gram minyak/lemak, masukkan dalam labu alas bulat volume 100 ml Tambahkan 50 ml larutan KOH alkoholis 0,5 N yang sudah distandarisasi. Kemudian direfluk dengan pemanas sampai larutan menjadi jernih ( + 1,5 – 2 jam). Setelah refluk selesai dinginkan dan encerkan sampai 250 ml. Diambil 25 ml larutan hasil pengenceran, titrasi menggunakan HCl 0,1 N menggunakan indikator pp. Titrasi dilakukan tiga kali.
4.Perhitungan angka penyabunan
Misal:
Berat minyak/lemak yang ditentukan angka penyabunannya = W gram Untuk menitrasi 25 ml larutan hasil penyabunan memerlukan=V ml HCL 0,1N
Maka:
Untuk menitrasi 250 ml larutan hasil penyabunan memerlukan:
= 250/25 x V ml HCl 0,1 N
= 10 x V x 0,1 ml HCl 0,5 N/0,5
= 2 V ml HCl 0,5 N
Volume KOH 0,5 N yang diperlukan untuk penyabunan = (50 – 2 V ) ml
Dalam setiap 1000 ml KOH 1 N terdapat = 56 gram KOH, maka dalam 1000 ml KOH 0,5 N terdapat = 28 gram KOH
Maka dalam (50 – 2 V) ml KOH 0,5 N terdapat = (50 – 2V) x 28/1000 gram KOH
W gram minyak/lemak membutuhkan (50 – 2 V) x 28/1000 gram KOH
   
Sehingga 1 gram minyak/lemak membutuhkan =
(50 – 2 V) 28 gram KOH/1000 W

 Sumber Data
Budimarwanti.Analisis Lipid Sederhana dan Komplesks.http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/131877177/analisis%20lipid.pdf .diunduh pada Selasa, 18 September 2012 pukul 22.05 WIB
Anonim.Struktur Lipid. http://ftpitp09.blogdetik.com/files/2010/05/struktur-dan-klasifikasi-lipid.pdf.diunduh pada Selasa, 18 September 2012 pukul 22.10 WIB
Ragil,Idah.Ilmu gizi. http://idamragilwa.staff.uns.ac.id/files/2010/07/ilmu-gizi.pdf.diunduh pada Selasa, 18 September 2012 pukul 22.12 WIB
Rufiati,etna.2009.Perbedaan Lemak Jenuh dan Tak Jenuh.http://skp.unair.ac.id/repository/Guru-Indonesia/PerbedaanLemakJenu_EtnaRufiati_16374.pdf.diunduh pada Selasa, 18 September 2012 pukul 22.15 WIB
http://eskariachandra.wordpress.com/2010/03/04/soklet/.diunduh pada Selasa, 18 September 2012 pukul 22.18 WIB




Selasa, 11 September 2012

Gula Reduksi

      GULA REDUKSI DAN PEMERIKSANNYA

 A. Pengertian

       Gula reduksi adalah gula yang mempunyai kemampuan untuk mereduksi. Hal ini dikarenakan adanya gugus aldehid atau keton bebas. Senyawa-senyawa yang mengoksidasi atau bersifat reduktor adalah logam-logam oksidator seperti Cu (II). Contoh gula yang termasuk gula reduksi adalah glukosa, manosa, fruktosa, laktosa, maltosa, dan lain-lain. Sedangkan yang termasuk dalam gula non reduksi adalah sukrosa (Team Laboratorium Kimia UMM, 2008).Salah satu contoh dari gula reduksi adalah galaktosa. Galaktosa merupakan gula yang tidak ditemui di alam bebas, tetapi merupakan hasil hidrolisis dari gula susu (laktosa) melalui proses metabolisme akan diolah menjadi glukosa yang dapat memasuki siklus kreb’s untuk diproses menjadi energi. Galaktosa merupakan komponen dari Cerebrosida, yaitu turunan lemak yang ditemukan pada otak dan jaringan saraf (Budiyanto, 2002).
      Gula invert termasuk golongan gula reduksi karena dapat mereduksi ion tembaga dalamlarutan alkali.Salah satu yang termasuk gula reduksi adalah gula invert. Gula invertdihasilkan dari hidrolisis sukrosa menghasilkan glukosa dan fruktosa. Sukrosabereaksi bersama asam dalam campuran air dengan bantuan enzim invertase.
 Struktur glukosa (rotasi +52.7°)                                Struktur fruktosa (rotasi = -92°)




B. Pemeriksaan Kuantitatif

        Analisis dengan Metode Luff-Schoorl. Prinsip analisis dengan Metode Luff-Schoorl yaitu reduksi Cu2+
menjadi Cu 1+ oleh monosakarida. Monosakarida bebas akan mereduksi larutan basa dari garam
logam menjadi bentuk oksida atau bentuk bebasnya. Kelebihan Cu2+ yang tidak tereduksi
kemudian dikuantifikasi dengan titrasi iodometri (SNI 01-2891-1992).
Reaksi yang terjadi (1.2):
Karbohidrat kompleks → gula sederhana (gula pereduksi)
Gula pereduksi+ 2 Cu2+→ Cu2O(s)
2 Cu2+ (kelebihan) + 4 I-→ 2 CuI2 → 2 CuI- + I2
I2 + 2S2O32-→ 2 I- + S4O6 2-
(1.2)
Osborne dan Voogt (1978) mengatakan bahwa Metode Luff-Schoorl dapat diaplikasikan untuk
produk pangan yang mengandung gula dengan bobot molekuler yang rendah dan pati alami atau
modifikasi.
         Kemampuan mereduksi dari gugus aldehid dan keton digunakan sebagai landasan dalam
mengkuantitasi gula sederhana yang terbentuk. Tetapi reaksi reduksi antara gula dan tembaga
sulfat sepertinya tidak stoikiometris dan sangat tergantung pada kondisi reaksi. Faktor utama yang
mempengaruhi reaksi adalah waktu pemanasan dan kekuatan reagen. Penggunaan luas dari metode
ini dalam analisis gula adalah berkat kesabaran para ahli kimia yang memeriksa sifat empiris dari
reaksi dan oleh karena itu dapat menghasilkan reaksi yang reprodusibel dan akurat (Southgate
1976).


1.    Cara Kerja Sampel Dan Blangko
i.    Dipipet 1,0 ml larutan hasil hidrolisis dimasukkan kedalam erlenmeyer 250 ml.
ii.    Ditambahkan 25,0 ml larutan Luff Schoorl serta beberapa batu didih.
iii.    Erlenmeyer dihubungkan dengan pendingin tegak lalu dipanaskan diatas pemanas spiritus sampai            mendidih selama 10 menit, lalu didinginkan.
iv.    Setelah dingin ditambahkan 25 ml larutan H2SO4 4N ( hati-hati ) dan 10,0 ml larutan KI 20%.
v.    Mulut erlenmeyer ditutup dengan plastik hitam dan dilubangi untuk memasukkan ujung buret.
vi.    Dititrasi dengan larutan Na2S2O3 0,1 N sampai warna kuning muda, ditambah larutan amilum 0,5 %, dilanjutkan titrasi sampai warna biru hilang (Vs). Dilakukan
vii.    penetapan blangko dengan 1,0 ml akuades ditambah 25,0 ml larutan Luff, dikerjakan seperti diatas ( Vb ml). Titrasi sampel dilakukan 3 kali.
B.    Standarisasi Larutan Na2S2O3 dengan KIO3
1.    Dipipet 10,0 ml larutan KIO3 0,1 N standar dengan pipet volume dimasukkan kedalam erlenmeyer 100 ml.
2.     Ditambahkan 4 ml H2SO4 2N dan 2,5 ml KI 20%.
3.    Mulut erlenmeyer ditutup dengan plastik hitam dan dilubangi sebesar ujung buret
4.    Dititrasi dengan larutan Na2S2O3 0,1 N sampai warna kuning muda, kemudian ditambahkan 1 ml amilum 1%, lalu dilanjutkan titrasi sampai warna biru hilang. Percobaan 1, 2 dan 3 diulang sebanyak 3 kali.
C.    Perhitungan Kadar Gula Reduksi (Sebelum Inversi)
a)    Volume Na2S2O3                       =(vol blangko – vol titran) / 0,1 x N Na2S2O3
b)    % gula reduksi (sebelum inverse)  =W / W1x Fp x 100%

Keterangan :
W1                = glukosa ,mg (yang dihasilkan dari daftar Luff Schoorl)
Fp                 = faktor pengenceran
W                 = bobot contoh (mg)
Vol. Blanko   = 23,60 mL
N Na2S2O3   = 0,1039 N
Tabel Luff Schoorl http://www.ziddu.com/download/20324168/Gulareduksidanpemeriksaannya.docx.html

 Sumber data
Anonim. http://repository.upi.edu/operator/upload/s_kim_034511_chapter2.pdf. diunduh 10 September 2012
Anonim.http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/53643/BAB%20II%20Tinjauan%20Pustaka.pdf?sequence=3. diunduh 10 September 2012
Suseno. 2010. uji mutu madu yang dipasarkan di pasar gede surakarta ditinjau dari kandungan enzim diastase, aktivitas enzim diastase dan kadar sukrosa. http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/52095158_0216-163X.pdf. diunduh 10 September 2012
Huzaifah Hamid . 2009.  http://zaifbio.wordpress.com/2009/01/30/glukosa-darah/ diunduh 10 September 2012