Sabtu, 01 Desember 2012

PENGGUNAAN BORAKS SEBAGAI BAHAN TAMBAHAN MAKANAN

Dalam pembuatan makanan, termasuk makanan jajanan tradisional, masih
banyak ditemukan penggunaan bahan-bahan pengawet yang dilarang. Salah satu di
antaranya adalah penggunaan boraks. Bahan ini banyak digunakan sebagai bahan
tambahan dalam pembuatan berbagai makanan, misalnya bakso, mi basah, siomay,
dan gendar. Penggunaan boraks sebagai bahan tambahan pangan selain bertujuan
untuk mengawetkan makanan juga bertujuan agar makanan menjadi lebih kompak
(kenyal) teksturnya dan memperbaiki penampakan4. Dengan jumlah sedikit saja telah
dapat memberikan pengaruh kekenyalan pada makanan sehingga menjadi lebih legit,
tahan lama, dan terasa enak di mulut.
Boraks atau yang lazim disebut asam borat (boric acid) adalah senyawa kimia
turunan dari logam berat boron (B). Asam borat terdiri atas tiga macam senyawa,
yaitu: asam ortoborat (H3BO3), asam metaborat (HBO2), dan asam piroborat
(H2B4O7)10 Rumus struktur ketiga asam borat tersebut adalah sebagai berikut.
OH

H3BO3 : HO—B—OH ; HBO2 : HO—B ═ O
Asam ortoborat Asam metaborat
                      O — B — O
                      /        │        \
H2B4O7 : HO—B O B—OH
                     \         │        /
                      O — B — O
Asam piroborat
Asam-asam borat adalah asam lemah. Boraks merupakan senyawa hidrat dari garam
natrium tetraborat dengan rumus molekul Na2B4O7 . 10 H2O (Natrium tetraborat
dekahidrat)22,23. Garam natrium tetraborat adalah garam natrium dari asam piroborat
(Na2B4O7).
21
O — B — O
/ | \
Na2B4O7 : Na — O — B O B — O — Na
\ | /
O — B — O
Natrium tetraborat
Dalam perdagangan boraks dikenal dengan sebutan borofax three elephant,
hydrogen orthoborate, NCL-C56417, calcium borate, atau sassolite. Dalam istilah
domestik boraks memiliki nama berbeda-beda. Di Jawa Tengah boraks disebut
dengan nama air bleng atau garam bleng, di daerah Sunda disebut bubuk gendar; di
Jakarta disebut pijer. Boraks yang diperdagangkan dalam bentuk balok padat, kristal,
atau tepung berwarna putih kekuningan, atau dalam bentuk cairan tidak berwarna.
Boraks berasal dari tambang alam dari daerah batuan mineral yang mengandung
boraks, misalnya batuan kernite, batuan colemanite, atau batuan ulexit10.
Boraks digunakan orang sudah sejak lama, yaitu sebagai zat pembersih
(cleaning agent), zat pengawet makanan (additive), dan untuk penyamak kulit.
Boraks sebagai antiseptik dan pembunuh kuman. Karena itu borak banyak digunakan
sebagai anti jamur, bahan pengawet kayu, dan untuk bahan antiseptik pada
kosmetik10. Dalam industri tekstil boraks digunakan untuk mencegah kutu, lumut,
dan jamur. Boraks juga digunakan sebagai insektisida dengan mencampurkannya
dalam gula untuk membunuh semut, kecoa, dan lalat10. Boraks sejak lama sudah
digunakan untuk membuat gendar nasi, krupuk gendar, atau krupuk puli yang secara
lokal di beberapa daerah di Jawa disebut karag atau lempeng.
Boraks dalam peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia dinyatakan
bahan berbahaya dan beracun, dan dilarang untuk digunakan dalam pembuatan
makanan10. Peraturan Menteri Kesehatan tersebut didasarkan pada hasil sidang
Codex dunia tentang makanan, yang melarang boraks untuk digunakan sebagai
bahan tambahan makanan karena dapat menyebabkan kanker pada tikus percobaan.
Karena bersifat toksik, maka boraks dimasukkan dalam golongan senyawa yang
disebut bahan berbahaya dan beracun (B3).
Tumbuhan buah-buahan dan sayuran yang dipupuk dengan pupuk yang
mengandung senyawa boraks dalam waktu lama akan terakumulasi dalam buah dan
sayuran. Dengan demikian bila kita memakan buah atau sayuran tersebut maka kita
akan mengkonsumsi boraks.
Boraks dinyatakan sebagai bahan berbahaya bagi kesehatan karena dari hasil
percobaan dengan menggunakan tikus menunjukkan sifat karsinogenik19. Dalam
makanan boraks akan terserap oleh darah dan disimpan di dalam hati. Karena tidak
mudah terlarut dalam air boraks bersifat kumulatif. Boraks di dalam tubuh dapat
menimbulkan bermacam-macam gangguan. Gangguan-gangguan umum yang
ditimbulkan boraks adalah sebagai berikut 10.
1. Dapat menyebabkan gangguan pada pertumbuhan bayi, terutama mata.
2. Menyebabkan gangguan proses reproduksi.
3. Dapat menimbulkan iritasi pada lambung, kulit merah dan mengelupas.
4. Menyebabkan gangguan pada ginjal, hati, dan testes.
Informasi tentang gangguan kesehatan karena boraks masih sangat sedikit,
bahkan dapat dikatakan belum ada bukti yang cukup kuat. Hal ini dapat dimengerti

karena akibat yang ditimbulkannya tidak dapat segera tampak. Gejala-gejala
gangguan kesehatan yang dapat diamati dalam jangka pendek karena menghisap atau
kontak secara langsung dengan boraks antara lain terjadinya iritasi pada hidung,
saluran pernapasan, dan mata. Selain itu, adanya pencemaran boron dalam waktu
panjang dapat menimbulkan gangguan reproduksi berupa menurunnya jumlah
sperma pada orang laki-laki. Dari hasil penelitian pada hewan menunjukkan bahwa
dengan adanya pencemaran boron dalam jangka panjang dapat menyebabkan
gangguan pada jaringan paru-paru dan inhalasi yang lama. Pencemaran boron dalam
kadar tinggi dalam waktu singkat dapat menimbulkan bahaya pada perut, usus, hati,
ginjal, dan otak. Dari hasil penelitian pada hewan menunjukkan dengan adanya
pencemaran boron pada hewan jantan dapat menyebabkan gangguan pada testes dan
gangguan kelahiran pada hewan betina yang bunting. Terjadinya kontak langsung
pada hewan dapat menyebabkan terjadinya iritasi kulit. Akibat dari kontak dengan
kulit manusia belum diketahui10. Konsumsi boraks secara terus menerus dapat
mengganggu gerak pencernaan usus dan dapat mengakibatkan usus tidak mampu
mengubah zat makanan sehingga dapat diserap dan diedarkan ke seluruh tubuh15.
Pada dosis 5 gram atau lebih dalam tubuh bayi dan anak kecil dapat menyebabkan
kematian. Pada orang dewasa kematian dapat terjadi pada dosis 10 – 20 gram atau
lebih
sumber data http://eprints.undip.ac.id/15326/1/SRI_SUGIYATMIE4B004082.pdf

Minggu, 21 Oktober 2012

PEWARNA MAKANAN DAN IDENTIFIKSINYA

Pewarna
Pewarna adalah bahan yang dapat memberikan atau memperbaiki warna pada
makanan. Dengan menggunakan pewarna, makanan bisa tampak lebih menarik dan
menjadi lebih bervariasi.
Berikut ini adalah jenis-jenis pewarna alami dan buatan yang sering di gunakan :
· Alami :
1. Anato (oranye), antara lain digunakan untuk es krim keju dan lain-lain.
2. Karamel (coklat hitam), biasanya digunakan dalam proses pembuatan selai,
     jeli,atau jamur kalengan .
3. Beta-karoten (kuning), terdapat dalam wortel.
4. Kapsaisin (merah), terdapat dalam cabai merah.
5. Klorofil (hijau), terdapat dalam daun suji dan daun pandan biasanya
    digunakan pada saat proses pembuatan kue.
6. Kunyit (kuning)
· Buatan :
1. Tartazine (kuning-jingga)
2. Sunset Yellow (merah-jingga)
3. Carmoisine (merah)
4. Quinoline Yellow
5. Ponceau 4R (merah terang)
6. Brilliant Blue FCF, biasanya digunakan untuk es krim
Bahaya yang ditimbulkan jika menggunakan bahan pewarna sintetik yang tidak diizinkan yaitu :
1. Jika terhirup dapat menimbulkan iritasi pada saluran pernafasan.
2. Jika terkena kulit dapat menimbulkan iritasi pada kulit.
3. Jika terkena mata dapat menimbulkan iritasi pada mata, mata kemerahan, udem pada kelopak mata.
15
4. Jika tertelan dapat menimbulkan gejala keracunan dan air seni berwarna merah atau merah muda. (http://informasi Jika tertelan dapat menimbulkan gejala keracunan dan air seni berwarna merah atau merah muda. (http://informasisehat.wordpress.com/2009/05/21/bahaya-zat-pewarna-pada-makanan/)Analisa Kromatogsehat.wordpress.com/2009/05/21/bahaya-zat-pewarna-pada-makanan/)
Analisa Kromatografi Kertas Prinsip uji bahan Pewarna Tambahan Makanan (BTP) adalah zat warna dalam contoh makanan/minuman diserap oleh benang wool dalam suasana asam dengan pemanasan kemudian dilakukan
kromatografi kertas.
  1. Memasukan  10 ml sampel cair atau 10 –25 gram sampel padatan ke dalam gelas piala 100 ml.
  2. Diasamkan dengan menambahkan 5 ml Asam asetat 10 %.
  3. Memasukan dan merendam benang wool ke dalam sampel tersebut.
  4. Memanaskan dan mendiamkan sampai mendidih (sekitar 10 menit).
  5. Mengambil benang wool, dicuci dengan air dan dibilas dengan aquades.
  6. Menambahkan 25 ml amoniak 10 % ke dalam benang wool yang telah dibilas tersebut.
  7. Memanaskan benang wool sampai tertarik pada benang wool (luntur).
  8. Benang wool dibuang, larutan diuapkan diatas water bath sampai kering.
  9. Residu ditambah beberapa tetes metanol, untuk ditotolkan pada kertas kromatografi yang siap pakai.
  10. Dieluasi dalam bejana dengan eluen sampai mencapai tanda batas.
  11. Kertas kromatografi diangkat dan dibiarkan mengering.
  12. Warna yang terjadi diamati,
  13. membandingkan Rf (Retardation factor) antara Rf sampel dan Rf standar.
          Perhitungan :
          Rf = Jarak yang ditempuh komponen / Jarak yang ditempuh eluen

Pereaksi khusus
- Asam asetat glacial p.a
- Larutan asam asetat 10 % atau 50 %
- Amonia NH4OH, BJ. 0,88
- Larutan baku zat warna makanan
- Larutan Elusi
· Larutan Elusi I : Campuran perbandingan volume n-butanol : asam asetat glacial : air (4:5:1)
· Larutan Elusi II : Campuran Perbandingan volume isobutanol : etanol : air (3:2:2)
· Larutan Elusi III : Larutan NaCl 2 % dalam alkohol 50 %.
· Larutan Elusi IV : Campuran Perbandingan volume etil metil keton : asetat : air (7:3:3)
· Larutan Elusi V : Campuran perbandingan volume n-butanol : asam asetat glacial : air (4:2:2,4)
· Larutan Elusi VI : Campuran perbandingan berat fenol : air (4:1)
· Larutan Elusi VII : Campuran Perbandingan volume etil metil keton : asetat : piridin : air (1:1:5:4)
· Larutan Elusi VIII : Campuran Perbandingan volume etil metil keton : aseton : air : amonia pekat (3,5 : 1,5: ...)
· Larutan Elusi IX : Encerkan 5 ml amonia pekat (Bj = 0,88) dengan air hingga 100 ml, tambahkan 2 g Trinatrium sitrat kedalam larutan amonium tersebut.
http://madmoisle.files.wordpress.com/2009/08/bahan-tambahan-makanan-farmasi.pdf
http://ripanimusyaffalab.blogspot.com/2011/10/identifikasi-pewarna-tambahan-pada.html#!/2011/10/identifikasi-pewarna-tambahan-pada.html

Minggu, 14 Oktober 2012

PENGAWET SALISILAT DAN BENZOAT

Dari segi ilmu kimia, komponen utama dari bahan pangan terdiri dari
protein, karbohidrat, dan lemak. Kerusakan bahan pangan ini umumnya
disebabkan oleh mikroorganisme melalui proses enzimates dan oksidasi,
terutama yang mengandung protein dan lemak sementara karbohidrat
mengalami dekomposisi. Dalam rangka menghambat proses kerusakan
pangan, oleh beberapa pengusaha digunakan bahan pengawet
Menurut Dr. Sri Durjati Boedihardjo, ada beberapa alasan mengapa para pembuat makanan mengawetkan produk mereka. Salah satunya karena daya tahan kebanyakan makanan memang sangat terbatas dan mudah rusak ( perishable). Dengan pengawetan, makanan bisa disimpan berhari-hari, bahkan berbulan-bulan dan ini jelas-jelas sangat menguntungkan pedagang.
Alasan lain, beberapa zat pengawet berfungsi sebagai penambah daya tarik makanan itu sendiri. Seperti penambahan kalium nitrit agar olahan daging tampak berwarna merah segar. Tampilan yang menarik biasanya membuat konsumen jatuh hati untuk membelinya.
Menurut pakar gizi dari RS Internasional Bintaro Banten, secara garis besar zat pengawet dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. GRAS (Generally Recognized as Safe) yang umumnya bersifat alami, sehingga aman dan tidak berefek racun sama sekali.
2. ADI (Acceptable Daily Intake), yang selalu ditetapkan batas penggunaan hariannya (daily intake) guna melindungi kesehatan konsumen.
3. Zat pengawet yang memang tidak layak dikonsumsi, alias berbahaya seperti boraks, formalin dan rhodamin B. Formalin, misalnya, bisa menyebabkan kanker paru-paru serta gangguan pada alat pencernaan dan jantung. Sedangkan penggunaan boraks sebagai pengawet makanan dapat menyebabkan gangguan pada otak, hati, dan kulit.
BAHAN-BAHAN PENGAWET YANG DIIZINKAN
• asam benzoat,
• asam propionat,
• asam sorbat,
• sulfur dioksida,
• etil p-hidroksi benzoat,
• kalium benzoat,
• kalium sulfit,
• kalium bisulfit,
• kalium nitrat,
• kalium nitrit,
• kalium propionat,
• kalium sorbat,
• kalsium propionat,
• kalsium sorbat,
• kalsium benzoat,
• natrium benzoat,
• metil-p-hidroksi benzoat,
• natrium sulfit,
• natrium bisulfit,
• natirum metabisulfit,
• natrium nitrat,
• natrium nitrit,
• natrium propionat,
• nisin, dan
• propil-p-hidroksi benzoat.

Beberapa zat pengawet berikut diindikasikan menimbulkan efek negatif jika dikonsumsi oleh individu tertentu, semisal yang alergi atau digunakan secara berlebihan.
• Kalsium Benzoat
Bahan pengawet ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri penghasil toksin (racun), bakteri spora dan bakteri bukan pembusuk. Senyawa ini dapat mempengaruhi rasa.
Bahan makanan atau minuman yang diberi benzoat dapat memberikan kesan aroma fenol, yaitu seperti aroma obat cair. Asam benzoat digunakan untuk mengawetkan minuman ringan, minuman anggur, saus sari buah, sirup, dan ikan asin.
Bahan ini bisa menyebabkan dampak negatif pada penderita asma dan bagi orang yang peka terhadap aspirin. Kalsium Benzoat bisa memicu terjadinya serangan asma.

•ASAM BENZOAT

 Asam benzoat menghambat pertumbuhan jamur, kapang dan beberapa bakteri. Asam benzoat bisa ditambahkan langsung atau ditambahkan dalam bentukan garamnya (dengan basa natrium, kalium, atau kalsium). Efektivitas asam benzoat dan turunan benzoat tergantung pada pH makanan. Makanan berkadar asam dan minuman seperti jus buah (asam sitrat), minuman bersoda (karbon dioksida), minuman ringan (asam fosfat), Acar (cuka) atau makanan lain yang diasamkan diawetkan dengan asam benzoat dan natrium benzoat. Asam benzoat terdeteksi dengan jumlah sedikit di cranberry, plum, greengage plum, kayu manis, cengkeh matang, dan apel.

Sifat Fisika Kimia

Deskripsi
Bentuk fisik : kristal, serbuk, warna putih, bau bermacam-macam, berat molekul  122,12;  titik didih   480 0F (2490C);  titik leleh   252 0F (122 0C);  Tekanan uap   @ 96 0C  1mmHg;  Kerapatan (udara =1) ; 4,2;  Kerapatan relatif pada @ 15 0C (air =1)   : 1,2659; pH : 2,8 ( larutan jenuh). Larut dalam alkohol, eter, benzen; kloroform; aseton, karbon disulfida, minyak terpentin, karbon tetraklorida, minyak-minyak menguap. Sedikit larut dalam petroleum eter, heksan.

2.3.
Frasa Risiko, Frasa Keamanan dan Tingkat bahaya


 Peringkat NFPA ( Skala 0 – 4 )
 Kesehatan  2  =  Tingkat keparahan tinggi
 Kebakaran  1  =  Dapat terbakar
 Reaktivitas  0  =  Tidak reaktif

 Klasifikasi EU   :
 Xn   
 R 22   :   berbahaya jika tertelan.

3.
Penggunaan

Pengawet pada makanan, lemak-lemak, jus buah, pelarut alkaloid; Pada pembuatan benzoat dan senyawa benzoil. Sebagai standar pada analisa volumetrik dan kalorimetrik.sebagai anti jamur dalam farmasi.

4.
Identifikasi Bahaya


Terhirup : Sakit tenggorokan
Kontak dengan kulit : Iritasi ringan, ruam.
Kontak dengan mata : Iritasi

Tertelan
Sakit tenggorokan, mual, muntah, sakit perut.


4.2.2.
Paparan jangka panjang
 
Terhirup : Tidak ada data
Kontak dengan kulit : Tidak ada informasi tentang efek merugikan   yang bermakna
Kontak dengan mata : Iritasi
Tertelan : Konvulsi

5 Toksisitas


Data binatang

LD50 (intraperitoneal, tikus)  1600 mg/kgBB; LD50  (per-oral, mencit) 1460 mg/kgBB;  LD50 (kulit, kelinci)
> 10 g/kgBB.

7.2.
Mutagenik


        Mutasi pada mikroorganisme - Escheria coli 10 mmol        (-S9); DNA inhibisi - lymphocyte pada manusia 5 mmol/L

7.3.
Informasi Ekologi


Ekotoksisitas data : LC 50 (mortalitas) 180000 m/l 96 jam mosquitofish (gambusia affinis)
Toksisitas invertebrata : EC 100 (abundance) water flea (Daphnia magna) 1000 mg/L 24 jam.

8.
Efek klinis

8.1.
Keracunan akut


Terhirup
Debu dapat menyebabkan iritasi pernafasan ringan dengan sakit tenggorokan dan batuk.
Kontak dengan kulit
Debu dan cairan dapat menyebabkan iritasi ringan dan kulit kemerahan. Konsentrasi diatas 0,2 %, dapat mengakibatkan bermacam-macam reaksi kulit dari eritema sampai kontak urtikaria non imunologis pada beberapa orang.
Kontak dengan mata
Debu dapat menyebabkan iritasi kuat dan mata merah.
Tertelan
Pada dosis besar dapat menyebabkan sakit pada tenggorokan, sakit lambung, mual, muntah.
asa salisilat
Asam salisilat (ortho-Hydroxybenzoik acid) dapat mencegah terjadinya penjamuran pada buah dan telah digunakan dalam pabrik cuka. Namun, penggunaan asam salisilat sebagai pengawet makanan seperti yang diatur Pemerintah Amerika pada tahun 1904 disalahgunakan untuk pengawet makanan pada produsen-produsen makanan yang nakal.
Asam salisilat dilarang digunakan sebagai bahan pengawet makanan di Indonesia. Pasalnya, asam salisilat memiliki iritasi kuat ketika terhirup atau tertelan. Bahkan ketika ditambah air, asam salisilat tetap memberikan gangguan kesehatan pada tubuh karena dapat menyebabkan nyeri, mual, dan muntah jika tertelan.
Pada sebuah sebuah survei terhadap sup sayuran, disebutkan bahwa sup sayuran nonorganik mengandung asam salisilat hampir enam kali lipat ketimbang sup sayuran organik. Kandungan asam salisilat dalam tanaman secara alami berguna untuk tanaman bertahan dari serangan penyakit. Namun bila kandungan asam salisilat melebihi dan berlebihan masuk ke dalam tubuh, maka gangguan kesehatan dapat terjadi, misalnya terjadi pengerasan dinding pembuluh darah dan kanker saluran pencernaan.

http://www.usu.ac.id/id/files/pidato/pina.pdf
http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2007/evi%20w/data%20pengawet.pdf
http://www.pom.go.id/katker/doc/Asam%20benzoat.htm
http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._KESEJAHTERAAN_KELUARGA/197807162006042-AI_MAHMUDATUSSA%27ADAH/BAHAN_TAMBAHAN_PANGAN.pdf

Minggu, 30 September 2012

pemeriksaan protein metode kjedahl

protein merupakan suatu senyawa yang disusun oleh asam amino.asam0asa amino ini terikat oleh ikatan peptida satusamalain.
gugus amin dari suatu asam amino bersatu dengan gugus karboksil dari asam amno lain dengan mengeluarkan air.dengan demikian protein memiliki sifat zwitser ion.

protein merupakan senyawa amfoter yang dapat bersifat basa. miatan listriknya tergantubg pada pH.Pada pH tertentu muatan listriknya menjadi nol, yaitu titik isoelektris yang berada pada pH 4,7
ciri ciri moekul protein :
1. berat molekulnya besar sehingga disebut makro molekul
2. umumnya terdiri atas macam macm asam amino yang berikatan satu sama lain dalam fariasi urutan yang bermacam macam membentuk suatu rantai polipeptida.
3. terdapat ikatan kimia lain yang menhyebabkan terbentuknya lengkunga pada ikatan polipeptida menjadi struktur 3 dimensi protein
4. sturtur tidak stabil terhadap beberapa faktor seperti pH, radiasi, Temperatur, pelarut organik dan detergen.
5. reaktif dan spesifik
 pemeriksaan protein biasanya tidak dilakukan secara langsung namun menggunakan perhitungan berdasar jumlah Nitrogen didalamnya

Metode kjeldahl
Merupkan metode sederhana untuk memetapkan nitrogen total pada asam amino dan protein atau senyawa lain ang mengan dung protein. Metode ini sudah banyak dimodifikasi dan coco digunakan secara semi mikro karena hanya membutuhkan jumlah sampel dan pereaksi yangpendek serta waktuanalisa yang singkat. Metode ini cocok digunaknan pada penetapan kadar protein tidak terlarut atau protein yang sudah mengalami koagulasi akipat proses pengolaj\han makanan
Secara umum metode kjedahl ada tiga tahap yakni
i.    Tahap destruksi
Sapel dipanaskan dalam asam sulfat sehingga mendestruksi unsur unsurnya, C dan H menhadi CO dan CO2 serta H2O, N menjadi ammonium sulfat. Untuk mendestruki 1 ram protein memerlukan kurang lebih 9 gram asam sulfat. Utu menamnbahnkecepatan destruksi dapat ditambahkan katalis natrium sulfat dan merkuri oksida 20:1. Gunning menganjurkan menggunakan kalium sulfat atau tembagaii sulfta. Katalis digunakan untuk meningkatkan titik didih asam sulfat. Suhu destruksi berkisar 370-4100C.   
reaksi

ii.    Tahap destilasi
Padatahap ini amoniumsulfat di pesah menjadi amonia dengan menamhan NAOH dan pemanasan. Amonia ynag dilepaskan akan ditangkap dengan laruta baku asam  (HCl atau asamborat 4% berlebih) dengan indikator PP
Reaksi

iii.    Tahap titrasi
Disini sisa desdtilat yang tidak bereksi dengan amonia akan dititrasi dengan laritan standar naOh . titik akhir titrasi menunjukkan warna merah muda dengan indikator PP yang tetap dalam 30 detik.
Reaksi
Jika penampung destilat menggunakan HCL Kadar protein diukur dengan persamaan
VnaOH blagko – v naoh sampel/berat sampel x N NaOHx 14,008 x FKx100%
Dan jika penampung yang digunakan adalah asam borat maka banyaknya asam borat yan berekasi dengan amonia dapat dilakukan dengan menitrasi ion amoniaum hasil reaksi  dnengan HCl dengan indikator MR / MB. Titik akhir titrasi bilihat dengan perubahan larutan dari mbiru menjadi merah muda.  Jumlah titrasi sampel dan blangko akan ekuifalen dengan nitrogen dan dihitung dengan persamaan :
VHCl blagko – v HCl sampel/berat sampel x N NaOHx 14,008 x FKx100%

Selasa, 18 September 2012

LEMAK DAN ANALISISNYA

 LEMAK DAN ANALISISNYA


 DEVINISI

     Lemak merupakan sekelompok besar molekul-molekul alam yang terdiri atas unsur-unsur karbon, hidrogen, dan oksigen meliputi asam lemak, malam, sterol, vitamin-vitamin yang larut di dalam lemak (contohnya A, D, E, dan K), monogliserida, digliserida, fosfolipid, glikolipid, terpenoid (termasuk di dalamnya getah dan steroid) dan lain-lain. Lemak secara khusus menjadi sebutan bagi minyak hewani pada suhu ruang, lepas dari wujudnya yang padat maupun cair, yang terdapat pada jaringan tubuh yang disebut adiposa (Anonim 2010).
     Lemak adalah senyawa gliserida, yaitu suatu ester dari gliserol dengan asam lemak. Gliserol merupakan
alkohol polivalen, tepatnya alkohol trivalen. Rumus struktur gliserol adalah CH2CHOHCH2OH. Nama
kimianya 1,2,3-propanatriol. Asam lemak adalah senyawa asam karboksilat suku tinggi, artinya rantai atom
C-nya panjang. Asam lemak dibedakan menjadi asam lemak jenuh dan tak jenuh. Asam lemak jenuh, ikatan
kovalen pada rantai atom C semuanya tunggal. Sedang asam lemak tak jenuh, pada rantai atom C mengandung

ikatan rangkap.
Lipida merupakan golongan senyawa organik kedua yang
menjadi sumber makanan, merupakan kira-kira 40% dari makanan yang dimakan setiap
hari. Lipida mempunyai sifat umum sebagai berikut:
•lidak larut dalam air
•larut dalam pelarut organik seperti benzena, eter, aseton, kloroform, dan
karbontetraklorida
•mengandung unsur-unsur karbon, hidrogen, dan oksigen, kadang-kadang
juga mengandung nitrogen dan fosfor
•bila dihidrolisis akan menghasilkan asam lemak
•berperan pada metabolisme tumbuhan dan hewan.
Klasifikasi LipidKelompok utama lipid
•Trigliserida
•Fosfolipid
•Sfingolipid
•Lipoprotein
•Steroid
•Lilin


Analisa Minyak

Metode Soxhlet

Mengekstraksi lemak secara murni sangat sulit dilakukan, sebab pada waktu mengekstraksi lemak, akan terekstraksi pula zat-zat yang larut dalam lemak seperti sterol, phospholipid, asam lemak bebas, pigmen karotenoid, khlorofil, dan lain-lain. Pelarut yang digunakan harus bebas dari air agar bahan-bahan yang larut dalam air tidak terekstrak dan terhitung sebagai lemak dan keaktifan pelarut tersebut menjadi berkurang. Pelarut ini seperti dietil eter, hexana, benzena, dan lain-lain.
Ada dua kelompok umum untuk mengekstraksi lemak yaitu metode ekstraksi kering dan metode ekstraksi basah. Metode kering pada ekstraksi lemak mempunyai prinsip bahwa mengeluarkan lemak dan zat yang terlarut dalam lemak tersebut dari sampel yang telah kering benar dengan menggunakan pelarut anyhidrous. Keuntungan dari dari metode kering ini, praktikum menjadi amat sederhana, bersifat universal, dan mempunyai ketepatan yang baik. Kelemahannya metode ini membutuhkan waktu yang cukup lama, pelarut yang digunakan mudah terbakar dan adanya zat lain yang ikut terekstrak sebagai lemak.
Prinsip soxhlet ialah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya sehingga terjadi ekstraksi kontiyu dengan jumlah pelarut konstan dengan adanya pendingin balik. Metode soxhlet ini dipilih karena pelarut yang digunakan lebih sedikit (efesiensi bahan) dan larutan sari yang dialirkan melalui sifon tetap tinggal dalam labu, sehingga pelarut yang digunakan untuk mengekstrak sampel selalu baru dan meningkatkan laju ekstraksi. Waktu yang digunakan lebih cepat. Kerugian metode ini ialah pelarut yang digunakan harus mudah menguap dan hanya digunakan untuk ekstraksi senyawa yang tahan panas.
A. Penentuan Kadar Minyak/Lemak
Penentuan kadar minyak atau lemak suatu bahan dapat dilakukan dengan alat
ekstraktor Soxhlet.
Soklet terdiri dari:

   1. pengaduk / granul anti-bumping
   2. still pot (wadah penyuling)
   3. Bypass sidearm
   4. thimble selulosa
   5. extraction liquid
   6. Syphon arm inlet
   7. Syphon arm outlet
   8. Expansion adapter
   9. Condenser (pendingin)
  10. Cooling water in
  11. Cooling water out

Bahan yang akan diekstraksi ialah jagung, dedak, tepung ikan, pelet. Penentuan kadar lemak dengan pelarut organik, selain lemak juga terikut Fosfolipida, Sterol, Asam lemak bebas, Karotenoid, dan Pigmen yang lain . Karena itu hasil ekstraksinya disebut Lemak kasar .Ekstraksi dengan alat Soxhlet merupakan cara ekstraksi yang efisien,
karena pelarut yang digunakan dapat diperoleh kembali. Dalam penentuan kadar minyak
atau lemak, bahan yang diuji harus cukup kering, karena jika masih basah selain
memperlambat proses ekstraksi, air dapat turun ke dalam labu dan akan mempengaruhi
dalam perhitungan (Ketaren, 1986:36). Sebagai contoh adalah ekstraksi minyak dalam sampel , dengan prosedur sebagai berikut:
Timbang 15 gram sampel , diiris-iris sampai lembut. Selanjutnya dibungkus dengan
kertas saring bebas lemak, ujung atas maupun ujung bawah ditutup dengan kapas bebas
lemak. Kemudian masukkan ke dalam alat Soxhlet, masukkan pelarut petroleum eter
sebanyak 60% dari volume labu ekstraksi dan lakukan ekstraksi selama 1,5 jam. Proses
ekstraksi selesai apabila petroleum eter sudah jernih. Ekstrak yang diperoleh ditambah
dengan natrium sulfat anhidrat, saring. Kemudian filtrat didistilasi biasa, atau petroleum
eter diuapkan dengan evaporator berputar sampai semua petroleum eter habis. Kadar
minyak dapat dihitung dengan rumus:

Kadar minyak (%) = (B - A) 100/berat bahan (gr)
Keterangan:
A= berat labu kosong
B= berat labu dan ekstrak minyak (gr)

Penentuan Bilangan Penyabunan Minyak/Lemak

Penentuan bilangan penyabunan meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
1.Pembuatan KOH alkoholis 0,5 N
  Ditimbang 6 gram tablet KOH murni, dilarutkan dengan etanol 95% sampai volume 250 ml. Larutan itu dibiarkan semalam dalam botol tertutup. Kemudian disaring dan distandarisasi dengan HCl 0,5 N menggunakan indikator pp.
2.Standarisasi KOH alkoholis 0,5 N
  Diambil 10 ml KOH alkoholis 0,5 N yang telah dibuat menggunakan pipet ukur, masukkan dalam erlenmeyer. Titrasi menggunakan HCl 0,5 N menggunakan indikator pp. Titrasi dilakukan tiga kali (triplo).
3.Penentuan angka penyabunan
  Timbang 0,5 – 1,0 gram minyak/lemak, masukkan dalam labu alas bulat volume 100 ml Tambahkan 50 ml larutan KOH alkoholis 0,5 N yang sudah distandarisasi. Kemudian direfluk dengan pemanas sampai larutan menjadi jernih ( + 1,5 – 2 jam). Setelah refluk selesai dinginkan dan encerkan sampai 250 ml. Diambil 25 ml larutan hasil pengenceran, titrasi menggunakan HCl 0,1 N menggunakan indikator pp. Titrasi dilakukan tiga kali.
4.Perhitungan angka penyabunan
Misal:
Berat minyak/lemak yang ditentukan angka penyabunannya = W gram Untuk menitrasi 25 ml larutan hasil penyabunan memerlukan=V ml HCL 0,1N
Maka:
Untuk menitrasi 250 ml larutan hasil penyabunan memerlukan:
= 250/25 x V ml HCl 0,1 N
= 10 x V x 0,1 ml HCl 0,5 N/0,5
= 2 V ml HCl 0,5 N
Volume KOH 0,5 N yang diperlukan untuk penyabunan = (50 – 2 V ) ml
Dalam setiap 1000 ml KOH 1 N terdapat = 56 gram KOH, maka dalam 1000 ml KOH 0,5 N terdapat = 28 gram KOH
Maka dalam (50 – 2 V) ml KOH 0,5 N terdapat = (50 – 2V) x 28/1000 gram KOH
W gram minyak/lemak membutuhkan (50 – 2 V) x 28/1000 gram KOH
   
Sehingga 1 gram minyak/lemak membutuhkan =
(50 – 2 V) 28 gram KOH/1000 W

 Sumber Data
Budimarwanti.Analisis Lipid Sederhana dan Komplesks.http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/131877177/analisis%20lipid.pdf .diunduh pada Selasa, 18 September 2012 pukul 22.05 WIB
Anonim.Struktur Lipid. http://ftpitp09.blogdetik.com/files/2010/05/struktur-dan-klasifikasi-lipid.pdf.diunduh pada Selasa, 18 September 2012 pukul 22.10 WIB
Ragil,Idah.Ilmu gizi. http://idamragilwa.staff.uns.ac.id/files/2010/07/ilmu-gizi.pdf.diunduh pada Selasa, 18 September 2012 pukul 22.12 WIB
Rufiati,etna.2009.Perbedaan Lemak Jenuh dan Tak Jenuh.http://skp.unair.ac.id/repository/Guru-Indonesia/PerbedaanLemakJenu_EtnaRufiati_16374.pdf.diunduh pada Selasa, 18 September 2012 pukul 22.15 WIB
http://eskariachandra.wordpress.com/2010/03/04/soklet/.diunduh pada Selasa, 18 September 2012 pukul 22.18 WIB




Selasa, 11 September 2012

Gula Reduksi

      GULA REDUKSI DAN PEMERIKSANNYA

 A. Pengertian

       Gula reduksi adalah gula yang mempunyai kemampuan untuk mereduksi. Hal ini dikarenakan adanya gugus aldehid atau keton bebas. Senyawa-senyawa yang mengoksidasi atau bersifat reduktor adalah logam-logam oksidator seperti Cu (II). Contoh gula yang termasuk gula reduksi adalah glukosa, manosa, fruktosa, laktosa, maltosa, dan lain-lain. Sedangkan yang termasuk dalam gula non reduksi adalah sukrosa (Team Laboratorium Kimia UMM, 2008).Salah satu contoh dari gula reduksi adalah galaktosa. Galaktosa merupakan gula yang tidak ditemui di alam bebas, tetapi merupakan hasil hidrolisis dari gula susu (laktosa) melalui proses metabolisme akan diolah menjadi glukosa yang dapat memasuki siklus kreb’s untuk diproses menjadi energi. Galaktosa merupakan komponen dari Cerebrosida, yaitu turunan lemak yang ditemukan pada otak dan jaringan saraf (Budiyanto, 2002).
      Gula invert termasuk golongan gula reduksi karena dapat mereduksi ion tembaga dalamlarutan alkali.Salah satu yang termasuk gula reduksi adalah gula invert. Gula invertdihasilkan dari hidrolisis sukrosa menghasilkan glukosa dan fruktosa. Sukrosabereaksi bersama asam dalam campuran air dengan bantuan enzim invertase.
 Struktur glukosa (rotasi +52.7°)                                Struktur fruktosa (rotasi = -92°)




B. Pemeriksaan Kuantitatif

        Analisis dengan Metode Luff-Schoorl. Prinsip analisis dengan Metode Luff-Schoorl yaitu reduksi Cu2+
menjadi Cu 1+ oleh monosakarida. Monosakarida bebas akan mereduksi larutan basa dari garam
logam menjadi bentuk oksida atau bentuk bebasnya. Kelebihan Cu2+ yang tidak tereduksi
kemudian dikuantifikasi dengan titrasi iodometri (SNI 01-2891-1992).
Reaksi yang terjadi (1.2):
Karbohidrat kompleks → gula sederhana (gula pereduksi)
Gula pereduksi+ 2 Cu2+→ Cu2O(s)
2 Cu2+ (kelebihan) + 4 I-→ 2 CuI2 → 2 CuI- + I2
I2 + 2S2O32-→ 2 I- + S4O6 2-
(1.2)
Osborne dan Voogt (1978) mengatakan bahwa Metode Luff-Schoorl dapat diaplikasikan untuk
produk pangan yang mengandung gula dengan bobot molekuler yang rendah dan pati alami atau
modifikasi.
         Kemampuan mereduksi dari gugus aldehid dan keton digunakan sebagai landasan dalam
mengkuantitasi gula sederhana yang terbentuk. Tetapi reaksi reduksi antara gula dan tembaga
sulfat sepertinya tidak stoikiometris dan sangat tergantung pada kondisi reaksi. Faktor utama yang
mempengaruhi reaksi adalah waktu pemanasan dan kekuatan reagen. Penggunaan luas dari metode
ini dalam analisis gula adalah berkat kesabaran para ahli kimia yang memeriksa sifat empiris dari
reaksi dan oleh karena itu dapat menghasilkan reaksi yang reprodusibel dan akurat (Southgate
1976).


1.    Cara Kerja Sampel Dan Blangko
i.    Dipipet 1,0 ml larutan hasil hidrolisis dimasukkan kedalam erlenmeyer 250 ml.
ii.    Ditambahkan 25,0 ml larutan Luff Schoorl serta beberapa batu didih.
iii.    Erlenmeyer dihubungkan dengan pendingin tegak lalu dipanaskan diatas pemanas spiritus sampai            mendidih selama 10 menit, lalu didinginkan.
iv.    Setelah dingin ditambahkan 25 ml larutan H2SO4 4N ( hati-hati ) dan 10,0 ml larutan KI 20%.
v.    Mulut erlenmeyer ditutup dengan plastik hitam dan dilubangi untuk memasukkan ujung buret.
vi.    Dititrasi dengan larutan Na2S2O3 0,1 N sampai warna kuning muda, ditambah larutan amilum 0,5 %, dilanjutkan titrasi sampai warna biru hilang (Vs). Dilakukan
vii.    penetapan blangko dengan 1,0 ml akuades ditambah 25,0 ml larutan Luff, dikerjakan seperti diatas ( Vb ml). Titrasi sampel dilakukan 3 kali.
B.    Standarisasi Larutan Na2S2O3 dengan KIO3
1.    Dipipet 10,0 ml larutan KIO3 0,1 N standar dengan pipet volume dimasukkan kedalam erlenmeyer 100 ml.
2.     Ditambahkan 4 ml H2SO4 2N dan 2,5 ml KI 20%.
3.    Mulut erlenmeyer ditutup dengan plastik hitam dan dilubangi sebesar ujung buret
4.    Dititrasi dengan larutan Na2S2O3 0,1 N sampai warna kuning muda, kemudian ditambahkan 1 ml amilum 1%, lalu dilanjutkan titrasi sampai warna biru hilang. Percobaan 1, 2 dan 3 diulang sebanyak 3 kali.
C.    Perhitungan Kadar Gula Reduksi (Sebelum Inversi)
a)    Volume Na2S2O3                       =(vol blangko – vol titran) / 0,1 x N Na2S2O3
b)    % gula reduksi (sebelum inverse)  =W / W1x Fp x 100%

Keterangan :
W1                = glukosa ,mg (yang dihasilkan dari daftar Luff Schoorl)
Fp                 = faktor pengenceran
W                 = bobot contoh (mg)
Vol. Blanko   = 23,60 mL
N Na2S2O3   = 0,1039 N
Tabel Luff Schoorl http://www.ziddu.com/download/20324168/Gulareduksidanpemeriksaannya.docx.html

 Sumber data
Anonim. http://repository.upi.edu/operator/upload/s_kim_034511_chapter2.pdf. diunduh 10 September 2012
Anonim.http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/53643/BAB%20II%20Tinjauan%20Pustaka.pdf?sequence=3. diunduh 10 September 2012
Suseno. 2010. uji mutu madu yang dipasarkan di pasar gede surakarta ditinjau dari kandungan enzim diastase, aktivitas enzim diastase dan kadar sukrosa. http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/52095158_0216-163X.pdf. diunduh 10 September 2012
Huzaifah Hamid . 2009.  http://zaifbio.wordpress.com/2009/01/30/glukosa-darah/ diunduh 10 September 2012


Kamis, 12 April 2012

KAFEIN


A.      Sifat Kimia
Kafein ialah alkaloid yang tergolong dalam keluarga methylxanthine bersama sama senyawa tefilin dan teobromin, berlaku sebagai perangsang sistem saraf pusat. Pada keadaan asal, kafein ialah serbuk putih yang pahit (Phytomedical Technologies, 2006) dengan rumus kimianya C6 H10N8O2, dan struktur kimianya 1,3,7- trimetilxantin

B.       Sumber
Kafein ialah senyawa kimia yang dijumpai secara alami di didalam makanan contohnya biji kopi, teh, biji kelapa, buah kola (cola nitide) guarana, dan mate. Teh adalah sumber kafein yang lain, dan mengandung setengah dari kafein yang dikandung kopi. Beberapa tipe teh yaitu teh hitam mengandung lebih banyak kafein dibandingkan jenis teh yang lain. Teh mengandung sedikit jumlah teobromine dan sedikit lebih tinggi theophyline dari kopi.
Kafein juga merupakan bahan yang dipakai untuk ramuan minuman non alkohol seperti cola, yang semula dibuat dari kacang kola. Soft drinks khususnya terdiri dari 10-50 miligram kafein. Coklat terbuat dari kokoa mengandung sedikit kafein seperti terlihat pada tabel 2.1. Efek stimulan yang lemah dari coklat dapat merupakan kombinasi dari theobromine dan theophyline sebagai kafein

C.      Farmakodinamik Kafein
Kafein mempunyai efek relaksasi otot polos , terutama otot polos bronchus, merangsang susunan saraf pusat, otot jantung, dan meningkatkan diuresis.
a.       Jantung, kadar rendah kafein dalam plasma akan menurunkan denyut jantung, sebaliknya kadar kafein dan teofilin yang lebih tinggi menyebabkan tachicardi, bahkan pada individu yang sensitif mungkin menyebabkan aritmia yang berdampak kepada kontraksi ventrikel yang premature.
b.      Pembuluh darah, kafein menyebabkan dilatasi pembuluh darah termasuk pembuluh darah koroner dan pulmonal, karena efek langsung pada otot pembuluh darah
c.       Sirkulasi Otak, Resistensi pembuluh darah otak naik disertai pengurangan aliran darah dan PO 2 di otak, ini diduga merupakan refleksi adanya blokade adenosine oleh Xantin (Farmakologi UI, 1995).
D.      Efek jangka Pendek Kafein
Mencapai jaringan dalam waktu 5 (lima) menit dan tahap puncak mencapai darah dalam waktu 50 menit, frekuensi pernafasan ; urin, asam lemak dalam darah ; asam lambung bertambah disertai peningkatan tekanan darah. Kafein juga dapat merangsang otak (7,5-150 mg) dapat meningkatkan aktifitas neural dalam otak serta mengurangi keletihan), dan dapat memperlambat waktu tidur (Drug Facts Comparisons, 2001)
E.       Efek Jangka panjang Kafein
Pemakaian lebih dari 650mg dapat menyebabkan insomnia kronik, gelisah, dan ulkus. Efek lain dapat meningkatkan denyut jantung dan berisiko terhadap penumpukan kolesterol, menyebabkan kecacatan pada anak yang dilahirkan (Hoeger, Turner, and Hafen, 2002).


F.       Farmakologi Kafein
Kafein adalah stimulan dari sistem saraf pusat dan metabolisme, digunakan secara baik untuk pengobatan dalam mengurangi keletihan fisik dan juga dapat meningkatkan tingkat kewaspadaan sehingga rasa ngantuk dapat ditekan. Kafein juga merangsang sistem saraf pusat dengan cara menaikkan tingkat kewaspadaan, sehingga fikiran lebih jelas dan terfokus dan koordinasi badan menjadi lebih baik (Ware, 1995).

G.      Matabolisme
Diserap sepenuhnya oleh tubuh melalui usus kecil dalam waktu 45 menit setelah penyerapan dan disebarkan ke seluruh jaringan tubuh. Pada orang dewasa yang sehat jangka waktu penyerapannya adalah 3-4 jam, sedangkan pada wanita yang memakai kontrasepsi oral waktu penyerapan adalah 5-10 jam. Pada bayi dan anak memiliki jangka waktu penyerapan lebih panjang (30 jam).
Kafein diuraikan dalam hati oleh sistem enzym sitokhrom P 450 oksidasi kepada 3 dimethilxanthin metabolik, yaitu :
a.         Paraxanthine (84%), mempunyai efek meningkatkan lipolysis, mendorong pengeluaran gliserol dan asam lemak bebas didalam plasma darah         
b.        Theobromine (12%) melebarkan pembuluh darah dan meningkatkan volume urin. Theobromine merupakan alkaloida utama didalam kokoa (coklat)
c.         Theophyline (4%), melonggarkan otot saluran pernafasan, digunakan pada pengobatan asma.
Masing masing dari hasil metabolisme ini akan dimetabolisme lebih lanjut dan akan dikeluarkan melalui urin
H.      Pengujian
Penyarian : merupakan golongan C bersifat netral
Uji kualitatif
2 tetes sampel + 2 tetes etanol + 1 tetes reagen parry + 1 tetes NaOH(conc) menghasilkan warna hijau

Kamis, 05 April 2012

INFERTILITAS PADA WANITA


INFERTILITAS PADA WANITA

A.      PENERTIAN INFERTILITAS
     Infertilitas adalah keadaan seorang wanita tidak dapat hamil secara alami dalam satu tahun setelah secara teratur melakukan aktifitas seksual tanpa alat kontrasepsi. Keadaan dimana pasangan suami isteri selama satu tahun belum memiliki anak walaupun keduanya melakukan hubungan intim secara rutin dan tidak menggunakan kontrasepsi .
Infertilitas dapat dibedakan menjadi 2 yakni infertilitas primer yaitu keadaan dimana seorang isteri belum pernah memiliki/melahirkan anak dalam keadaan hidup dan Infertilitas sekunder yaitu jika seorang isteri pernah melahirkan anak dan namun tidak mampu melahirkan lagi sementara masih dalam masa produktif/belum menopause.

B.       PENYEBAB INFERTILITAS PADA WANITA
1.      Faktor Vagina
Vaginismus (kejang otot vagina), Vaginitis (radang/infeksi vagina), dll
2.      Faktor uterus
Myoma (tumor otot rahim), Endometritis (radang sel. lendir rahim), Endometriosis (tumbuh sel.  ender rahim bukan pada tempatnya), Uterus bicornis, arcuatus, asherman’s syndrome, retrofleksi (kelainan bentuk dan posisi rahim), Prolap (pemburutan, penyembulan rahim ke bawah).
3.      Vaktor Cervix
Polip (tumor jinak), Stenosis (kekakuan mulut rahim), Non Hostile Mucus (kualitas lendir mulut rahim jelek), Anti Sperm Antibody (antibody terhadap sperma), dll.
4.      Faktor Tuba Falopii
Pembuntuan, penyempitan, perlengketan saluran telur (bias karena infeksi atau kelainan bawaan).
5.      Faktor Ovarium
Tumor, Cyste, Gangguan menstruasi (Amenorhoe, Oligomenorhoe dengan/tanpa ovulasi). Organ ini berinteraksi dengan pusat pengendali hormone di otak (Hypothalamus dan Hipofisis) dalam mengatur siklus menstruasi.
6.      Faktor Lain
Prolactinoma (tumor pada Hipofisis), Hiper/hypotroid (kelebihan/ kekurangan hormone tiroid), gangguan hormon pada poros hipothalamus-hipofisis-ovarium
C.      SINDROMA INFERTILITAS PADA WANITA
1.      Sindroma Defisiensi Ginjal
Kelainan bawaan, kelainan haid dengan siklus haid memanjang, daran haid sedikit, libido seksual menurun dan tubuh kurus.
2.      Sindroma Hati Tertekan
Siklus haid tidak teratur, gejala premenstrual sindrom seperti bengkak pada payudara, emosi labil maupun mudah tersinggung.
3.      Sindroma defisiansi darah
Fisik lemah, anemi, penyakit kronis, sakit berat, menyebabkan tubuh kekurangan darah sehingga tidak terjadi haid.
4.      Sindroma Reak Lembab
Timbunan reak lembab atau lendir, kegemukan dan siklus haid memanjang
5.      Sindroma Stagnasi Darah
siklus haid memanjang, jumlah darah haid sedikit, berwarna gelap disertai gumpalan, dismenore

D.      PERAWATAN MEDIS

Pengobatan infertilitas umumnya melibatkan penggunaan obat kesuburan, perangkat medis, operasi, atau kombinasi dari berikut. Jika sperma yang berkualitas baik, dan mekanisme struktur reproduksi wanita yang baik (saluran tuba paten, tidak ada adhesi atau bekas luka) dokter mungkin mulai dengan resep kursus obat merangsang ovarium.
Dokter mungkin juga menyarankan menggunakan topi konsepsi penutup serviks dimana pasien menggunakan di rumah dengan menempatkan sperma di dalam topi dan meletakkan perangkat konsepsi pada leher rahim, inseminasi intrauterin (IUI), di mana dokter memperkenalkan sperma ke dalam rahim selama ovulasi , melalui kateter. Dalam metode ini, pembuahan terjadi di dalam tubuh.
Jika perawatan medis konservatif gagal untuk mencapai kehamilan istilah penuh, dokter mungkin menyarankan pasien menjalani fertilisasi in vitro (IVF). IVF dan teknik terkait (ICSI, ZIFT, GIFT) disebut teknologi reproduksi yang dibantu (ART) teknik.
Teknik ART umumnya dimulai dengan merangsang ovarium untuk meningkatkan produksi telur. Setelah stimulasi, dokter pembedahan ekstrak satu atau lebih telur dari indung telur, dan menyatukan mereka dengan sperma di laboratorium, dengan tujuan untuk memproduksi satu atau lebih embrio. Pemupukan terjadi di luar tubuh, dan telur dibuahi ini dimasukkan kembali ke dalam saluran reproduksi wanita tersebut, dalam sebuah prosedur yang disebut transfer embrio. teknik pengobatan lainnya adalah misalnya tuboplasty, dibantu menetas, dan diagnosis praimplantasi genetik.

E.       KOMPLEMENTER DAN PENGOBATAN ALTERNATIF

Tiga pelengkap atau alternatif perawatan kesuburan perempuan telah teruji secara ilmiah, dengan hasil yang dipublikasikan dalam jurnal medis peer-review.
  1. Kelompok intervensi psikologis
Sebuah 2000 Harvard Medical School studi meneliti efek dari kelompok intervensi psikologis pada wanita subur (berusaha untuk hamil durasi satu sampai dua tahun). Kelompok intervensi dua kelompok pendukung dan kelompok perilaku kognitif-telah signifikan secara statistik tingkat kehamilan lebih tinggi dari kelompok kontrol.
  1. Akupunktur
Akupunktur dilakukan 25 menit sebelum dan setelah transfer embrio IVF IVF peningkatan angka kehamilan dalam sebuah penelitian di Jerman yang diterbitkan pada tahun 2002. Dalam sebuah studi tahun 2006 yang sama yang dilakukan oleh University of South Australia, peluang kelompok akupunktur (meskipun tidak signifikan secara statistik) adalah lebih tinggi 1,5 daripada kelompok kontrol. Walaupun hasil definitif efek akupunktur pada transfer embrio tetap menjadi topik diskusi, studi penulis menyatakan bahwa tampaknya menjadi tambahan yang aman untuk IVF.
  1. Manual terapi fisik
Teknik Wurn, fisik terapi pengobatan manipulatif manual, ditunjukkan dalam publikasi peer review untuk meningkatkan kehamilan IVF tarif dan alami pada wanita subur dalam sebuah studi tahun 2004, dan untuk membuka dan mengembalikan fungsi tuba falopi diblokir dalam sebuah penelitian di tahun 2008 . Terapi ini dirancang untuk mengatasi adhesi membatasi fungsi dan mobilitas dari organ reproduksi. Ini mungkin dianggap sebagai bentuk pariwisata medis. Alasan utama bagi pariwisata kesuburan adalah peraturan hukum dari prosedur dicari di negara asal, atau harga yang lebih rendah. In-vitro fertilisasi dan inseminasi donor prosedur utama yang terlibat.

F.       DAFTAR PUSTAKA
1.      http://www.news-medical.net/health/Infertility-Treatments- %28Indonesian%29.aspx diunduh pada 8 Mei 2011 
2.    http://id.shvoong.com/medicine-and-health/gynecology/1968246-infertilitas-pada-wanita/#ixzz1LlIRDFuP.diunduh pada 8 Mei 2011